Tak kerasa.. waktu telah berlalu 7 hari. Begitu singkat. 7 hari kulalui dengan pagi yang terasa sangat sepi. Dan hening. Tiada panggilan-panggilan. Tiada suara-suara percakapan. Kusadari... rumah ini ternyata begitu luas. Terlalu luas sehingga rasa sepi itu semakin mencekam.
Oke. Sebaiknya memang ga perlu terlalu hiperbolik n melankolis. 7 hari kumulai dengan berusaha mencerahkan suasana hati ... dan senam muka tentu saja –yang dibilang serem kalau diam- berharap bisa menular pada ayahku yang sedang terkulai lemas di rumah sakit. Kurasa beliau tidak mengira kalau penyakitnya separah itu. Terkadang aku mendapati beliau menerawang jauh, seperti berpikir, entah berandai-andai, atau sekedar melamun... mungkinkah sedikit banyak beliau menyesali diam2 tetap mengkonsumsi obat yang malah mengakibatkan tulangnya keropos? Lingkaran setan... siapa pun tak ingin sakit kan...
Siapa sih yang ga ngeri, diberitahu bahwa 5 ruas tulang belakang sudah dalam kondisi yang parah, dan ditakutkan terjadi fraktur. Tulang belakang!! Kurasa itu yang membuat ayahku berhenti ngotot untuk naik turun tempat tidur untuk wudlu atau buang air. Hari-hari awal beliau masih ngotot untuk naik turun, karena merasa takut gak suci pas sholat, sampai akhirnya kejang lagi punggungnya,seluruh punggungnya sakit, sampai-sampai rebahan pun sakitnya masih terasa.
Dan turunlah titah dari dokter: no move! Jangan melakukan gerakan-gerakan yang berat! Karena pengeroposan tulang yang terjadi,selain memang takut fraktur,keroposnya gripis2 yang ternyata ‘melukai’ otot or syaraf sekitarnya, kurang lebih kejangnya gara-gara itu. Entahlah.. aku juga bingung... terlalu banyak definisi2 yang tidak aku mengerti. Yang jelas, bedrest selama 6 bulan itu juga agak mengejutkan... 6 bulan tanpa kemana-mana, di atas tempat tidur.... The gud news is: it’s not cancer and no operation! Still.. aku merindukan tawa ayahku yang lepas.
We can through this... who knows? Dengan kejadian ini.. entah kenapa, aku merasa keluarga kami terasa lebih terikat, mungkin karena kami merasa saling tergantung.... selama ini, masing-masing terlalu mandiri, ngurusi urusan masing-masing. Melihat ibuku membacakan buku untuk ayahku... aku berusaha membadut-badut sekedar melihatnya tersenyum ; always be his little girl.... dan perasaan perih ketika melihatnya menerawang jauh... that’s true, we always love him. and we can through this together...
Mungkin memang harus beginilah jalannya. Dengan segala hikmah di belakangnya...
|
hey, sabar ya say,,, =) berusahalah untuk selalu menghibur ayah tercinta, apapun itu bentuknya =) pasti beliau bakal seneng disayang dan diperhatiin sama putri kecilnya ini... =>