mute me!

..just mute me..
2008/04/27
from the junk, i found this,,
well,, after the final presentation, i really have much time for my own, that i have that 'jet lag' going on. I felt quite bored....
then, one time, i was searching old stuffs in my folders, and i found this. This story i made in my early college year. You still can feel that 'high school' feeling. Well, actually i felt rather embarrassed when i read it again,, (the word : yeeekh was really came from my mouth,, =p) but then.. i decided to post it here.
this story -like usually- was not finished... far away for finished... hahahahahaha...

_ray-ray sisterhood_

darah ini… adalah kita… darah ini… adalah persaudaraan kita.. mulai sekarang kita adalah satu.. senang bersama, duka bersama.. Cheers!”

-----------

Pagi yang cerah untuk memulai hari, pagi yang menyenangkan untuk menghadapi dunia. Tapi bukan untuk Noa. Baginya, pagi adalah saat yang paling menyebalkan... dan pagi ini, sama saja dengan pagi2 yang sebelumnya... ia beranjak dari tidurnya, mandi, makan, dan berangkat ke sekolah.

Walaupun kemalasan yang dirasanya sangat dan sangat menguasainya, toh Noa tetap beranjak dari tempat tidurnya, dan mengerjakan rutinitasnya tanpa berpikir...

Terik yang mulai menyengat membuat Noa harus menyipitkan matanya ketika menatap langit. “langitpun tetap biru ya...” gumamnya. “membosankan..” diapun melanjutkan perjalanannya ke sekolahnya, SMU 45.

Seperti bagaimana ia melakukan aktifitas paginya, diapun berjalan menuju sekolahnya tanpa berpikir, hanya mengikuti tubuhnya yang menjalankan kerutinitasan itu. Pandangan kosong, dan pikiran yang entah ke mana.

TOOOOK! Sebuah batu kecil mengenai kepala belakang Noa membuat kakinya berhenti melangkah, dan membangunkan Noa dari lamunannya (atau tidurnya???) Noapun membalikkan badannya, siap menatap tajam siapa yang berani-beraninya melempar batu pada dirinya. He?? Dilihatnya tak ada siapapun di belakangnya...

“hehehehe...” Noa merendahkan pandangannya, mendapati seorang anak laki-laki kecil sedang meringis padanya. Noa terdiam, menatap anak itu sebentar, lalu berbalik lagi melanjutkan perjalannannya. Anak kecil itu tampaknya tak puas dengan reaksi Noa, mulai berteriak, “ekoooor cicaaaak... buntut cicaaaak...” dan melempari Noa dengan batu kecil lagi. Noa berhenti lagi. Rambut Noa memang menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Mungkin dari depan rambutnya terlihar normal, layaknya cewek-cewek berambut pendek seleher, tapi seikat rambut lainnya menjuntai panjang sepunggung. Dilihatnya batu yang mengenai kepalanya...berpikir sebentar, melihat anak kecil yang masih juga meringis sambil meneriakinya buntut cicak... tersemburatlah senyum kecil Noa.

Ia berbalik, dan melempari anak kecil itu. Dan meninggalkan anak yang menangis keras-keras itu.

“cukup melegakan...”

---------

Pagi yang sama pula, ketika Noa memasuki area sekolah, ditanggapi dengan reaksi yang sama oleh seluruh anak sekolah yang melihatnya. Pandangan antara takut, takjub, dan meng-underestimed-kan. Sosok Noa yang luarbiasa dan sifatnya yang terkenal dingin membuat ia disegani dan mungkin juga dicemoohkan.

Sesosok cewek dengan rambut yang sangat terang alias blonde, menepuk punggungnya. “Pagi, Noaaa!! Nyawamu dah ngumpul semua belum neh?? Lemes amat!” Dialah Mya, teman Noa satu2nya yang juga sangat menarik perhatian semua orang. Selain rambut panjangnya yang blonde –mengingat di sekolah itu dilarang mencat rambut, dirinya sangat cantik, diidolakan oleh cowok2 di sekolah itu. Dirinya dikenal sebagai sosok yang ceria, lembut, dan ramah, membuat semua orang heran kenapa dia mau berteman dengan Noa. Yang lebih aneh adalah, isu bahwa cowok yang mendekati Mya berakhir tragis, cowok-cowok itu mengalami luka-luka, dan ada yang sampai mengalami gangguan mental, menganggap bahwa itu adalah ulah Noa agar tak mendekati Mya.

“hmm.. lumayan,” jawab Noa pendek, tidak menggubris pandangan-pandangan dan bisikan2 dari sekitarnya, terus menuju lokernya.

“Kamu tau? Katanya bakal ada murid baru looh,” Mya membuka lokernya, mengambil beberapa buku, dan menutupnya kembali.

“oh ya??” Noa mengambil discmannya, dan memasukkan CD ke dalamnya.

“Yup! Mungkin akan menarik. Oh ya, nanti ketemu di tempat biasa ya!”

“yeaah...”

“..anu..Mya, bisa ikut kami sebentar? Kami membutuhkan bantuanmu..” dua orang gadis mendekati mereka.

“oooh.. okay,” jawab Mya tersenyum manis pada mereka, “mereka dari klub seni, mau melukisku, hihihi...sangat konyol bagaimana mereka memintaku kemaren” bisik Mya pada Noa cepat dan meninggalkannya.

“ceritakan nanti..” balas Noa, memasang earphone, dan segera menuju kelasnya.

-----

“Mya, kami masih saja heran, kenapa kamu mau bergaul dengan Noa. Dia kan dingin, udah gitu aneh lagi!” celoteh cewek yang berkacamata.

“Iya... kamu ga pantes bergaul dengan dia, Mya! Sebenarnya banyak lo yang pengen dekat ma kamu, tapi gara-gara kamu sering bareng Noa, semua orang pada takut!” tambah cewek yang berambut keriting.

“Hihihi, apa iya?” Mya tertawa kecil.

“Mya kan orangnya sangat ramah, lembut, pokoknya auranya menyenangkan deh. Lha si Noa?? Udah dingin... tertutup, en ga welcome ma orang2. Aku denger dia pernah terlibat perkelahian loooh!! Udah deh, ga usah deket2 ma Noa, bisa merusak reputasimu..!!” kata yang berkacamata.

“Wah, Mina, makasih ya sudah memperhatikan aku...” Mya tersenyum manis, bisa melelehkan hati cewek maupun cowok, tua maupun muda. “....kalian hanya tak tau saja...” gumamnya pelan.

“Apa, Mya? Kamu berkata sesuatu?”

“he? Tidak! Aku hanya berpikir... apa sulit berpose untuk dilukis?”

“enggak kok! Sante aja!! Ntar deh, kita kasi instruksi.. Oke2?” Sepanjang perjalanan ke klub seni, kedua cewek itu terus menerocos tentang segala gosip di sekolahnya, sementara Mya menanggapinya dengan antusias... tapi di benak Mya yang terpikir hanyalah bagaimana cara mengunci mulut kedua cewek ini agar berhenti berbicara hal-hal membosankan itu.

--------

Noa memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran pertama sehingga ia memutar tubuhnya untuk pergi menuju bukit di belakang sekolah, tempat ia sering menghabiskan waktu di sekolah. Dan sialnya, ia menabrak seseorang di belakangnya sehingga orang itupun terjatuh.

Noa memperhatikan orang yang terjatuh itu sebentar. Cowok. Tinggi. Noapun mengambil discmannya yang terjatuh dan meninggalkan cowok itu.

“Hey!!! Tidakkah kau bisa meminta maaf??” Noa tidak menggubrisnya.

“Heeey!!! Aku bicara denganmu, cewek pelempar batu yang tega pada anak kecil!!” Noa terhenti. Membalikkan badannya. Rupanya ada yang liat aksiku pagi ini. Menarik.., pikir Noa.

“...Apa?”

Cowok itu tertawa, “`Apa` katamu? Aku berhak atas permintaan maafmu.” Cowok itu membenahi berdirinya, mengambil tasnya yang terjatuh juga, “Dan mungkin anak kecil itupun berhak atas permintaan maafmu juga.”

“Aku tak perlu meminta maaf pada siapapun...” Noa memandang cowok itu tajam, merasa semuanya tidak menarik lagi, berbalik lagi melanjutkan rencananya.

Cowok itu terdiam sebentar, terkejut dengan dinginnya reaksi Noa. “he...hey!! bukankah bel jam pertama sudah berbunyi???” Noa terus berjalan menjauh, tidak menggubris teriakan cowok itu. “heeeey!!?”

-------

Bayangan hitam yang samar, pertengkaran, perkelahian, suara tangis, suara teriakan... dan wajah sesosok wanita lemah.

“Noa... maafkan ibu... meninggalkanmu sendiri... maafkan ibu... jangan pernah kau salahkan dia.. ya Noa? Ibu mohon....” Wajah ibu Noa menyamar...menyamar... dan muncul wajah Mya.

“Hey! Kamu ketiduran ya??? Dasar, kebiasaan!!” Mya membangunkan Noa yang tertidur di bawah pohon di belakang bukit sekolah. Tempat favorit mereka berdua. “Kamu menangis lagi, Noa.. kamu mimpi lagi ya?” Noa bangkit dari tidurnya, membersihkan bajunya dari dedaunan, dan bersandar pada pohon... dan mengusap air matanya.

“...”

“Akhir-akhir ini kamu sering mimpi ya?” Mya duduk di sebelah Noa, mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya. “Mungkin kita harus refreshing..”

Noa memperhatikan asap rokok Mya, “Hati-hati ada yang liat. Bisa ancur reputasimu sebagai anak paling manis di sekolah... dan mainanmu akan lari semua,” Noa tersenyum kecil.

“Jangan khawatir, ga ada yang bakal ke sini, tempet ini kan cukup jauh dari sekolah, hanya kita yang tau...heheh..” Mya merebahkan tubuhnya. “Uaaaaaaaah.. capek aku ngeladenin mereka-mereka. Apa yang mereka omongin semuanya bener-bener meaningless! Belum lagi bagaimana mereka memujaku, ahahahaha.. konyol sekali!”

“Tapi itu kan permainannya kan?”

“Yap!!! Bodohnya mereka ya? Apalagi cowok2 itu. Dengan satu senyuman manis, mereka jadi budak kita! Hehehe...” Mya mengisap rokoknya lagi. “Kamu uda ketemu murid baru itu?”

“Lum, daritadi aku di sini. Kamu sendiri?”

“Ye...gimana bisa. Aku harus berdiri membawa satu buah apel dengan berbagai pose selama satu setengah jam! Ga tau deh apa yang udah kulewatkan tadi...”

“Aku ga peduli,”

Mya tertawa, “Hahaha... iya2, aku tau. Aku kan cuman bilang sapa tau menarik,” Suara tanda istirahat selesai berbunyi membuat Mya mematikan rokoknya pada dahan pohon. “Aku mau masuk kelas sekarang, sapa tau ada hal2 menarik, aku ga mau melewatkan kesempatan itu. Heheheh.. Melihat orang2 bodoh itu kadang2 ada asyiknya juga,” Mya berdiri. “Kamu ikut ga?”

“....” Noa berdiri juga, tanda bahwa ia akan ikut. Dan keduanya berjalan beriringan ke sekolah. “Peppermint.” Noa memperingatkan Mya tentang bau rokok di mulutnya.

Mya tertawa. “Thanks!!”

-----

Riuhnya kelas 1E langsung tenang ketika Noa dan Mya masuk. Noa langsung menuju kursinya yang terletak di pojok belakang, tempat favoritnya. Walaupun sudah terjadi beberapa kali pergantian tempat duduk, tapi Noa selalu duduk di sana. Ia duduk, lalu segera memasang discmannya lagi.

Sedangkan Mya yang begitu duduk, langsung diserbu oleh cewek2 di kelas itu. “Mya, mau gak kamu ikut ke pesta ulang taun Tyrese? Kamu diundang lhooo!! Mau ya ikut!!! Pasti menyenangkan!!” ucap Mina.

“Waaaah! Pesta ya? Sepertinya menyenangkan! Tapi...” Mya melayangkan pandangan ke Noa, tanda bahwa ia akan ikut karena pasti akan ada hal2 menarik. Noa membalas pandangan itu, keduanya mengalihkan pandangan, tanda masing2 sudah mengerti. Mina yang tau Mya menatap Noa mengira bahwa ia ingin Noa ikut atau takut Noa melarangnya.

“Tapi Mya, anuuu, si Noa ga diajak.... dia pasti akan merusak suasana pesta.. Kalau misalnya dia melarangmu ikut, kita bakal membelamu!!!” yang segera diiyakan semuanya. “Iya kan teman=teman?”

“He??? Me---membela?” cewek berambut panjang terbata-bata, sungguh mengerikan baginya menghadapi seorang Noa, walaupun bersama-sama, merasa dirinya disikut Mina, iapun langsung menjawab lagi, “Iya-iyaaa! Kami akan membelamu!”

Mya tersenyum manis. Yeah, like you can! Masi mau hidup? “Waaah... Semuanyaaa!! Makasi yaaa...!! Tapi Noa tidak akan melarangku kok, kupikir kalian bisa membujuk Tyrese agar Noa ikut...” sambil mengedipkan mata pelan ke Noa tanda : kamu mau ikut??? Noa mengerutkan dahinya... tanda dia tak tertarik. “tapi.. kupikir Tyrese takkan mau ya? Baiklah... aku akan ikut!” Yang diikuti suara girang dari cewek2 itu.

“Bagus!! Dengan begini pasti akan banyak cowok2 yang datanG!!” tukas salah satu cewek yang langsung disikut oleh Mina.

“Tenang! Tenang! Duduk di tempat kalian masing2!” ucap Mr. Reagen, guru Sejarah di sekolah itu. Semuanya pun menurut pada perintah sang guru, duduk manis di tempat masing2. “Baiklah, anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, bapak akan mengenalkan murid baru di kelas kalian yang baru saja membereskan urusan administrasinya belum lama ini, sehingga baru bisa masuk ke kelas kalian pada jam ke empat ini..” belum selese Mr. Reagen bicara, riuh kelas memenuhi ruangan tanda betapa antusiasnya mereka, penasaran apakah murid baru itu cowok atau cewek.. cakep apa jelek..

“Tenaaaaaang!! Masuklah kau murid baru, dan perkenalkan dirimu.” Masuklah murid baru itu, murid yang lumayan good looking, cukup untuk membuat para cewek di kelas itu menahan napas beberapa detik. Noa memperhatikan cowok itu, merasa mengenalnya. Tapi tak menggubrisnya lagi, kembali melayangkan pandangannya keluar.

“Saya Reid Harrison. Panggil saja Reid.” Dia tersenyum. Riuh bisik2 anak2 cewek mulai membahana.

“Baiklah Mr. Harrison, karena kursi yang ada hanya tinggal satu, maka anda duduk di sana ya...” Riuh terdenar lagi. Murid-murid kasak-kusuk. Reidpun mengangguk tanpa mengerti kenapa semuanya bereaksi seperti itu, berjalan mendekati kursi itu. Kursi tepat di sebelah Noa.

---

3 hari setelah Reid pindah. 3 hari pula Noa merasa terusik. Reid yang ceria. Reid yang selalu berusaha berbicara dengan Noa. Reid yang ternyata adalah cowok yang Noa tabrak di hari pertamanya dia masuk. Sial untuk Noa, orang seperti Reid duduk di sebelahnya. Walaupun Noa berusaha untuk tidak menggubrisnya, si Reid itu tetap saja akan bicara sampai Noa menanggapinya... atau... terpaksa menanggapinya.

“Fyuuuuh...” Noa menghela napas. Merasa lega bisa lepas dari Reid. Sengaja ia membolos seharian, bersantai-santai di bukit tempat kesenangannya.

“Napa? Rasanya akhir-akhir ini kamu sering muram? Terganggu oleh Reid?” Noa mengangguk. “Perlu dikasi pelajaran?” Noa terdiam. Pelajaran? Tidak... rasanya tidak benar.. Noa menggeleng. “He?? Oke deh..” Mya tidak mengungkitnya lagi.

Noa menerawang. Teringat 1 hari yang lalu, sebuah kejadian yang agak mengusik dirinya. Ketika itu, senja telah datang. Murid2pun tak ada lagi yang terlihat. Hanya Noa, menatap matahari tenggelam dari kejauhan. Dirinya pun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sampai, penjelajahan fantasinya terusik oleh suara derikan kursi. Noa menoleh mencari sumber suaranya. Dan ternyata, tertangkaplah sosok Reid yang meringis.

“Maaaaf... terganggu ya?” ucapnya agak merasa bersalah. “waaah.. mataharinya indah sekali ya?” Reid mendekat ke jendela, tak jauh dari Noa. Noa hanya diam. Tapi membatin, ya memang indah.. makanya aku selalu duduk di sini menatapnya..

Suasana agak hening sejenak, Noa memang tak bermaksud untuk mengajaknya mengobrol... malah berharap Reid segera pergi. “Kamu...tak ingin aku di sini ya?” tiba2 Reid memecah kesunyian. Agak terkejut hatinya yang barusan membatin langsung kepergok oleh Reid. Tapi dia hanya diam, tak bermaksud untuk menggubrisnya. Reid pun tak menunggu jawaban dari Noa. “Apa kamu tak merasa kesepian di duniamu yang seperti itu?” Noa menatap tajam pada Reid. Tak mengerti kenapa dia tiba2 berbicara seperti itu. Tau apa dia tentang dirinya, ketemu juga baru 2 hari, itu pun gak ngapa2in. “Hehehe.. kau bertanya apa maksudku kan?” Reid membenarkan duduknya. “Kau menutup hatimu dari orang lain, Noa. Tidakkah kau merasa kesepian? Seperti matahari yang terbenam, penuh sepi.. penuh kesedihan.. Itukah makanya kamu suka menatap matahari terbenam? Karena merasakan persamaan?” Reid menatap Noa. Tersenyum.

Noa bangkit. Matanya menyorotkan kemarahan. “Tau apa kamu tentang diriku!!!” Noa meninggalkan kelas dengan menutupnya sekeras mungkin, sampai hampir2 pintunya seperti mau lepas dari jalurnya.

Reid tersenyum kecil, bergumam, “Yah,,, atleast hari ini akirnya kamu mau bicara.. kukira kamu bisu.”

Ya..tau apa kamu tentang diriku... Kamu tak tahu apa yang selama ini aku alamin.. yang aku dan G alamin.. batin Noa. Tapi setitik hatinya terasa goyah. Mungkinkah sebenarnya perasaan kosong yang aku rasain selama ini adalah rasa kesepian?? Mungkinkah karena itu aku selalu menatap matahari terbenam?? Kenapa dia bisa tau semua itu??

“Noa??” Mya mengguncangkan bahunya, “kamu tak apa kan?”

Noa tersadar dari lamunannya. “Tak apa, G.. hanya ada sedikit yang kupikirkan..” G adalah nama panggilan Mya, ya bisa dibilang nama sesungguhnya dari kepribadian Mya yang sebenarnya.

“Kamu pucat... apa si yang kamu pikirin?”

Noa terdiam. Tak perlu kupikirkan lama2... hal ini akan berakhir secepatnya. Harus. “Bukan apa2.. Tak penting.”

“heheheh.. kau pikir bisa mbohongin aku? Kalo ga penting, kenapa kamu bisa mpe kayak gini. Tau ga si, keningmu berkeruuut..” Mya menjotos lengan Noa. “Emang ga sebaiknya kamu lama2 berpikir serius, seharusnya kamu ngaca de kalo lagi gitu. Bener2 jeleeek! Kamu pasti bakal cepet tua..” Mya tertawa.

“Sial..” Noa memukul kepala Mya pelan..yang akhir2nya berlanjut pada perkelahian kecil antar teman, yang diselingi oleh tawa Mya yang keras.

_________________________________________

Pagi yang menjemukan lagi untuk Noa. Sama seperti pagi2 sebelumnya. Tapi berhubung moodnya hari ini lumayan baik, maka ia putuskan untuk mengikuti pelajaran pertama pagi itu. Sayangnya, begitu ia masuk kelas, ia melihat Reid, duduk di kursinya, yang sungguh..sungguh sangat disayangkan berada di sebelahnya... langsung merusak moodnya pagi itu. Sedikit banyak merasa kecewa dengan keputusannya untuk masuk hari itu. Tapi pun, untuk mundur sekarangpun rasanya sangat pengecut. Entah mengapa, sejak sore itu, Noa merasa malas bertemu Reid, ntah karena merasa risih dengan segala pertanyaan2 personal dari Reid, atau karena sikapnya yang selalu berusaha mendekati dirinya. Yang jelas, ia malas menghadapi sesosok manusia bernama Reid Harrison.

Dengan agak kesal ia menaruh pantatnya di kursi, dan segera memasang discnya, menatap keluar jendela. Tidak merasa Reid menatapnya lama di sampingnya. Sesaat ia sudah terbawa oleh lamunannya, dan terhenti ketika sebuah kertas mampir di mejanya. Noa menoleh, mendapati si Reid memberi tanda untuk ia membawa surat itu.

Masuk ya hari ini? Ke mana aja?

Noa tidak menggubris surat itu. “..sungguh pertanyaan tidak penting...” Melihat Noa tidak merespon suratnya itu, Reid hanya bisa menghela napas. Tidak sadar bahwa sepasang mata tajam menatap padanya.

Merasa mood hari ini rusak, ia pun beranjak dari kursinya, melangkahkan kaki keluar dari tempat yang dianggapnya neraka itu. Melihat Noa berdiri, Reid berniat untuk bertanya padanya mau ke mana, tapi niatnya itu didahului oleh suara berat oleh guru yang baru masuk, “Miss, maaf mau ke mana anda? Kelas akan dimulai, tolong duduk di kursi anda!” Noa tidak menggubrisnya, tetap berjalan. Melihat dirinya tak digubris, guru itu tak sabar, “MISS!” Kelas seketika serasa hening sekali, anak-anak di kelas itu tau, Noa pasti sedang BT..... Noa berhenti, menatap guru itu, merasa tak pernah melihatnya, Noa semakin tak peduli, “Aku mau memukul seseorang di jalan,,” jawabnya singkat, meninggalkan kelas yang rasanya semakin hening saja. Guru itupun hanya bisa terhenyak mendengar jawaban Noa itu,, sampai-sampai tak bisa menghentikan Noa pergi dari pandangannya.. Mya melihat Reid dengan tajam, bertanya-tanya apa gara-gara Reid si Noa jadi begitu,,

“Me---me---mukul orang??? D----di jalan? Ada apa ini?? Ada yang bisa menjelaskan hhaa—hal ini pada saya??” Anak-anak di kelas itupun hanya diam, dalam hatipun merasa geli. “Maaf pak, anda guru baru ya?” Reid memecah keheningan.

Noa memutuskan untuk mampir ke tempat favoritnya yang kedua, pantai yang tak jauh dari rumahnya. Setiap dirinya merasa tidak enak, ia selalu lari ke sana. Tempat yang penuh kenangan.. Sedang larut dalam pikirannya, ia dihadang oleh tiga orang pemuda. “Wah-wah-wah, mbolos ya mbaK?” Gadis dengan seragam pelaut memang menarik bagi cowok-cowok, apalgi ada cewek cantik sendirian, mereka sungguh merasa mendapat berkah. Mereka menutup jalan Noa, sehingga memaksa Noa untuk berhenti. Melihat Noa hanya diam dan menatap kosong pada mereka, salah satu pemuda merasa dapat jackpot, “daripada bengong, mending ikutlah bersenang-senang dengan kita.” “Betul!!” Pemuda yang satu lagi menarik tangan Noa, dan langsung ditepis oleh Noa. “sialan! Melawan ya? Jadi harus dengan kekerasan ya!?!?” ancam pemuda itu. Noa tersenyum kecil. “Kebetulan,, aku sedang butuh kesenangan.” Setelah itu, yang terdengar hanya teriakan-teriakan memilukan dari pemuda-pemuda itu.

--

Bunyi bel menghentikan pelajaran hari itu, membuat para murid menghela nafas lega. Mya beranjak dari kursinya, menghampiri Reid. “Reid, bisakah kita bicara sebentar. Empat mata.” Tanya Mya sambil tersenyum manis. Merasa kaget didatangi oleh Mya, tak merasa mukanya bersemu merah. “Ah--- tentu saja, ada perlu apa si?” “Umm, something important, ehhehehe” Melihat Mya dan Reid berjalan keluar kelas berdua, kasak-kusuk pun terdengar. Hal sama terjadi juga di sepanjang lorong sekolah itu. Merasa jadi pusat perhatian, Reid merasa tak nyaman, sedikit banyak merasa GR tentang apa maksud Mya mengajaknya ke belakang sekolah. “Umm, Mya, haruskah kita bicara di belakang sekolah?” Mya tersenyum, “iya, maap ya Reid, merepotkan..” Melihat sikap Mya yang begitu menggemaskan, membuat Reid sedikit tersipu-sipu. “Hahaha---tak apa. Wah, kamu populer sekali ya di sekolah ini? Baru jalan begini udah jadi pusat perhatian,” kelakar Reid. “hihihihi, bisa aja Reid, biasa aja kok!” tak sengaja Reid menabrak seorang cowok. “Maaf,” “tak apa, he? Kamu pergi sama Mya?” tanya cowok itu sambil melihat Mya yang masi berjalan di depan. “hehe, iya, kenapa?” “....kasihan kamu..” gumam cowok itu. “he?” “Reid, ada apa?” Mya mendekati Reid. Cowok itu tadi langsung memotong dengan gugup, “Aaah---ti—dak ada apppp----pa, dia cuma menabrakku, hal kecil,” “Ahhh,, begitu rupanya, aku harap MEMANG begitu,” Cowok itu tau maksud penekanan kata Mya itu, langsung pamit duluan.

“Aneh...” gumam Reid. Ia merasa janggal dengan kata kasihan yang diucapkan cowok itu. Dia pun menceritakannya pada Mya. “hihihihi, wah, apa benar dia mengucapkan kata itu?” “Ga tau ya... ga jelas juga si. Mungkin aja aku hanya salah denger ya?”

Hanya perlu lima menit, mereka telah sampai di belakang sekolah. Suasana makin terasa intim, Reid pun agak canggung. “ummm,, so, apa yang ingin kamu katakan Mya?” Mya terdiam sebentar. “apa yang kamu lakukan ke Noa?” Dingin. Reid terkejut dengan perubahan itu, merasa bingung. “Ha??” Sebuah tinju mengarah ke muka Reid, membuat Reid terpenjam seketika dan terpekik pelan, tapi tinju itu hanya melewati mukanya dan dikenakan ke tembok di belakang Reid. “Tak usah pura-pura. Kamu apain Noa?” “Mya??? This isn’t like you!?” Shock. Itulah yang Reid rasakan. Apakah yang di depannya ini Mya. Mya yang manis, ceria, dan begitu feminin. Yang di hadapannya adalah Mya yang sangar, dingin, dan galak! “Huh, sayang sekali,” Mya mengebaskan rambut panjangnya, “Inilah aku. Kecewa??” Reid jadi mengerti duduk perkaranya. Inilah yang dimaksud cowok yang berpapasan dengannya tadi. Kepribadian Mya yang sebenarnya. “Kuingatkan kamu ya Reid, jangan kamu berusaha mendekati Noa.” “Apa maksudmu?” Mya menarik kerah baju Reid. “Kamu kira aku ga tau? Kamu berusaha mendekati Noa!!” “Apa salahnya?? Aku hanya ingin berteman dengannya,” “Kalau begitu jangan!!! Don’t mess up with us, i warned you!” Mya melepaskan cengkeramannya, meninggalkan Reid. “Ternyata begitu,,,” Reid tersenyum kecil sambil mengangguk-angguk. “Ternyata apa?” Mya berhenti. “Kamu takut kehilangan dia kan? Kalian dengan dunia yang hanya kalian yang miliki,” Mya geram, Ia sedikit mengerti kenapa Noa merasa terganggu oleh bocah ini. ”Diam! Jangan bicara seperti kamu tau segalanya!! I warned you!!” Mya meninggalkan Reid sendiri, yang masih terbengong-bengong dengan apa yang ia barusan alami. “Tau apa kamu tentang diriku!!!” ”Diam! Jangan bicara seperti kamu tau segalanya!!” Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Reid.

___

Suara ketukan pintu yang berkali-kali membuat Noa terpaksa harus bangun dari tempat tidurnya. Dengan terhuyung-huyung dia berjalan ke pintu, dengan rambutnya yang acak-acakan, dan bajunya yang asal-asalan. Ia membuka pintu, memicingkan matanya karena silau yang berlebihan, dan lama-lama mendapati bentuk yang sudah sangat familiar baginya. Mya. Siapa lagi? Noa tersenyum kecil. “Ada apa? Kamu mengganggu tidurku, G” Mya menerobos masuk tanpa menunggu dipersilakan oleh Noa. Mya sudah sangat terbiasa di rumah Noa, sehingga ia pun mempunyai lemari pakaian sendiri di sana. “Ada apa?? Aku udah baek hati ke sini mau bikinin kamu makan malam, Thank you, at least?” Mya membalikkan badan ke arah Noa, mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan belanjaan. Mya membalikkan baannya lagi, langsung menuju dapur, sementara Noa menuju sofa di ruang TV-nya, merebahkan diri; masih merasa di antara dua dunia. “Dan Noa, ni tu udah jam 4, kamu udah tidur dari tadi kamu mbolos sekolah kan? Mang ga ada kegiatan laen apa?” gerutu Mya sambil mengeluarkan barang belanjaannya. “Ada.” Jawab Noa singkat. “Tidur.”

Hanya dengan tidur Noa bisa merasa bebas dari kenyataan. Dari segala pemikiran-pemikiran, pertanyaan-pertanyaan yang semakin lama menggerogoti benaknya. Hanya dengan tidur Noa menemukan dunia yang sangat indah. Mimpi.

Mya mendekati Noa, berpangku pada sofa. “I talked to Reid,” Noa membuka matanya, memandang Mya. Sinar matanya memancarkan pertanyaan pada Mya. “Aku hanya meluruskan sesuatu.” Mya berjalan kembali ke dapur, meneruskan apa yang ditinggalkannya. Noa beranjak dari tidurnya, mengikuti Mya. “apa?” Maksudnya meluruskan apa. “Hehehehe, penasaran ya?” Mya tidak menjawab pertanyaan Noa, malah sibuk memotong-motong sayuran. Tidak sabar, Noa menarik kursi ke pantry, tepat di depan Mya. “G,,” Mya menghela nafas, menaruh pisaunya. “Aku hanya bilang jangan mendekati kamu lagi. Kita.” Noa terdiam. Menimang-nimang baik–buruknya tindakan Mya itu. Mungkin memang ada baiknya ia menjauhi kehidupannya, dia sangat mengganggu. Entah kenapa, tetapi ada sesuatu yang membuat Reid begitu mengganggu. Mungkin segala pertanyaan-pertanyaannya yang selalu membuat Noa tidak nyaman. Dan ternyata Mya menyadari itu. “Well, tentu saja dengan sedikit ancaman,” “mengancamnya?” “Yeah,, Seharusnya kamu liat waktu aku memukul tembok di belakangnya?” Mya memeragakan adegan itu dan tertawa geli. “Kenapa?” Mya berhenti tertawa. Ia tau maksud Noa dengan ‘kenapa’nya. Ia bertanya kenapa Mya melakukan hal itu pada Reid. Ancaman2 itu. “Kenapa? Kamu tak suka padanya!! Tetapi dia malah terus saja mengganggumu! What’s wrong with you, Noa?? Gak biasanya kamu peduli dengan orang-orang yang kuancam,” Mya berhenti, lalu terhenyak. “You have feelings for him, don’t you!” Noa terdiam. Ia tak banyak mengerti tentang perasaan semacam itu, jadi ia pun takkan mengerti bila suatu saat perasaan itu datang padanya. “G, no.” Jawab Noa kemudian. “Kita sama-sama tau bagaimana kita terhadap hal semacam itu, G. Our vow.” Terbayang kembali kilasan-kilasan masa kecilnya. Teriakan-teriakan, tangisan-tangisan, pukulan-pukulan. Melihat rona wajah Noa yang berubah, Mya tau ia terbayang kembali dengan masa kelamnya, merasa menyesal ia mengusap kepala Noa. “sorry Noa,,” ucap Mya lirih. Noa tersenyum kecil, tanda bahwa ia tak apa-apa. Mya menghela nafas, mendekati pisaunya, mencincing lengan bajunya. “So, sebagai ucapaan maafku, kamu duduk aja di situ, dan saksikan kehebatanku!!!” Mya berlagak sebagai pembawa acara memasak. Seperti biasa, Mya selalu berlagak sebagai badut untuk Noa. Noa tertawa.

posted by mini.me @ 14:22  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 

© 2006 mute me! | Blogger Templates by Gecko & Fly.
No part of the content or the blog may be reproduced without permission.
Learn how to Make Money Online at GeckoandFly
First Aid and Health Information at Medical Health

 
 

Web This Blog
it's me..


Name: mini.me
Home: yogyakarta
About Me: two girls share the same dream. have different style but still happen to create something fabulous.
See my complete profile

before...
past...
another link..
the gangs..
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
affiliates

make money online blogger templates

Powered by Blogger