mute me!

..just mute me..
2008/04/27
i found another..
yep!! i found another story again. This one is made in 2006. But, still, i stopped when it's not finished yet.. and i realized how often i used the name 'G'.. hahaha,, yeah, i like that name.

_Sound of Mute_

Namaku Gale, tapi aku lebih suka dipanggil G. Aku selalu berpikir bahwa aku adalah seorang gadis biasa yang akan menjalani kehidupan biasa, menghabiskan hidupku di kota kecil yang damai. Sejak orang tuaku meninggal, aku selalu menjalani hidupku sendiri di kota kelahiranku. Karena tak mampu membayar uang untuk sekolah, aku memutuskan untuk bekerja paruh waktu di beberapa tempat. Siang menjaga anak pemilik apartemen kecil tempat aku tinggal, malam aku bekerja di minimarket. Walaupun sulit, tapi aku merasa nyaman dengan hidupku yang tenang dan damai. Yah, setidaknya sampai saat di mana aku kehilangan pendulum kesayanganku..

Malam itu begitu dingin menusuk tulang. Jalan-jalan pun sudah sangat sepi. Tidak heran, karena ketika itu adalah saat-saat orang menghangatkan dirinya di dalam selimut tebal mereka. Aku terburu-buru pulang karena juga ingin segera masuk ke dalam tempat tidur. Langkahku terhenti ketika aku melihat seekor anjing kecil terbengkalai di sebuah kotak. Tak urung aku mendekatinya. Mengelusnya sebentar. Dan mengutuk apa yang baru saja aku lakukan. Anjing itu terlihat bahagia karena kedatanganku; menjilati tanganku. Mengeluarkan bunyi yang membuatku tak tega untuk meninggalkannya. Aku merogoh-rogoh kantongku; siapa tau ada remah-remah sisa makanan yang kadang-kadang kusimpan ketika aku sayang membuang makanan. Sayang sekali, hasilnya nihil.

Aku hendak beranjak, tapi anak anjing itu naik ke pangkuanku, dan menjilati mukaku.

”Hentikan,,!! Geli!!” Anak anjing itu tetap saja menjilatiku. Sampai akhirnya aku menjauhkan dia dari mukaku. Tetapi dia menemukan sasaran baru: leherku,, atau lebih tepatnya pendulum yang tergantung di leherku.

”Hey, kau tertarik pada ini ya?? Maaf ya, aku tak bisa memberikannya padamu. Ini penting untukku. “aku mengangkat anak anjing itu, menaruhnya kembali ke kotak.

“Maaf Manis, aku tak bisa berbuat apa-apa untukmu.” Aku beranjak, melepas pendulum itu; membersihkannya dari air liur, dan memasukkannya kembali dengan tergesa-gesa ke dalam sakuku. Aku harus pergi dari sini cepat, sebelum anjing ini menangis dan menarik perhatian orang-orang yang tak jauh dari sini. Dalam hatiku, aku merasa melakukan hal yang sangat tidak bertanggung jawab. Aku merasa dihakimi oleh apapun yang aku lewati. Pohon, tiang listrik, tempat sampah, bahkan tikus-tikus yang bersliweran. Bahkan aku merasa tikus-tikus itu melototiku dan menyalahkan diriku atas perbuatanku. “Apa?? Aku memang tidak bisa melakukan apapun untuknya!”

Pendulum itu adalah hasil temuanku ketika aku sedang membuang sampah setelah aku membersihkan minimarket tempat aku bekerja. Di tempat itulah aku melihat sesuatu yang berkilau berwarna ungu di sela-sela tumpukan sampah. Karena merasa sayang, aku mengambilnya. Itu adalah benda paling indah yang pernah aku temukan...dan yang pernah aku miliki.

Setelah penemuan itu, pendulum itu menjadi penyemangatku hidupku. Entah kenapa, aku merasa bahwa hidupku ini masih punya harapan.

Sejak memilikinya, aku punya kebiasaan ketika terbangun, aku selalu memulai hariku dengan memandangi pendulum itu. Dengan melihatnya, aku merasa bahwa semua akan baik-baik saja. Pendulum itu membangkitkan harapan bahwa suatu saat, di hidupku yang tak pasti ini, aku pasti akan menemukan sesuatu. Bahwa aku bisa mengubah hidupku suatu saat nanti.

Dan pagi itu, ketika aku akan melakukan rutinitasku itu. Aku tersadar, kalung itu tidak terjuntai di leherku. Reflek aku langsung merogoh kantongku. Dunia seakan berhenti sesaat ketika aku sadar bahwa tanganku meraih tempat kosong.

Tanpa mencuci muka dan mengganti piyamaku, aku berlari menyusuri jalan ke tempat di mana aku menemukan anjing itu. Saat itu sudah pagi, telah banyak orang berlalu lalang, entah itu akan pergi belanja, ke kantor, ataupun ke sekolah. Tatapan-tatapan aneh dari orang-orang itu tak kuhiraukan, aku terlalu serius memerhatikan apa pun yang tergeletak di jalan.

“Hey,, Kenapa, mbak? Nyari apa sih?” Seorang pengantar koran yang biasa beroperasi di lingkungan tempat tinggalku berhenti.

“Umm.. iya pak! Umm,, sepanjang jalan tadi bapak liat ada kalung jatuh tidak?? Kalungnya ada batu berwarna ungu..”

“Waaah,, gak liat tu mbak! Paling juga sudah diambil sama orang.” Begitu selesai bicara, sang bapak melaju lagi dengan sepedanya, meninggalkanku yang lesu dan putus asa. Jawaban yang sangat tidak membangkitkan harapanku. Apa sih salahnya membesarkan hatiku sedikit?? Fyuuuh... Sudahlah, toh dari awal benda itu bukan milikku.

Box anjing semalam masih di tempatnya. Tapi tidak dengan anjingnya. Entah siapa yang memungutnya. Semoga saja dia bahagia.. Aku jongkok di dekat box itu. Sedikit kesal karena tidak ada kalung yang kucari. Juga sedikit kesal karena seseorang mengambil anjing itu.

“Mencari kalung ini?” Tiba-tiba suara wanita terdengar di belakangku; mengungkit-ungkit kata kalung, membuatku harapanku melejit seketika. Aku berbalik cepat, mendapati kaki melayang. Kaaaki melaayaaanG??? Kunaikkan pandanganku, dan saat itu. Aku melihat siluet seorang wanita “melayang”, rambut panjang tergerai, sedikit terbawa angin, dan sepasang sayap hitam??? Aku pasti mimpi. Aku merasa..... melihat iblis di siang hari.


********

Selama ini aku merasa bahwa hal paling gila selama hidupku adalah saat aku tak bisa menahan diriku untuk muntah di sebuah mall paling besar dan mewah di kotaku. Dan yang paling parah lagi, diriku terpeleset oleh muntahanku sendiri ketika aku berusaha melarikan diri dan menutup mukaku.

Ternyata aku salah.

Ini lebih gila lagi.

Aku bertemu iblis. Atau dewa kematian?? ....Tunggu, aku akan matikah??

...aku belum melunasi tagihan sewa kamar. ...eh, bukanny haruskah aku senang?? Aku ga perlu melunasi malah.

...aku belum mematikan keran air!!! ...kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya..

...aku harus mengucapkan selamat tinggal pada... pada... Tidak seorang pun terlintas. DEG! Tiba-tiba aku tersadar. Ketika aku mati, akankah ada yang menangisi kepergianku??

Lamunanku terputus oleh suara ringan dan begitu menenangkan; sungguh ironis untuk seorang dewa kematian. “Hey, aku bicara padamu,, “

Sungguh tidak terbayang olehku kalau waktuku hanya sampai di sini. Aku berpikir cepat. “Tunggu! Sebelum dirimu membawa rohku, aku punya beberapa pesan terakhir yang ingin kukatakan pada beberapa orang.” Memang belum terpikirkan siapa saja orang itu, siapa sajalah. Dipikir nanti.

Sosok itu menyamakan pandangannya denganku. Menapakkan kakinya ke bumi. Sosoknya pun lebih jelas terlihat olehku. Dan sekali lagi aku merasa kecewa. Bahkan seorang dewa kematianpun tidak semengerikan seperti yang selama ini kubayangkan, sebaliknya dia punya mata paling indah yang aku pernah tau. Kulit halus tanpa cacat, dan rona merah yang mencerahkan wajahnya.


Dia tertawa. “Siapa yang mau membawa rohmu?” dia mengusap matanya dari air mata. Tampaknya ia merasa aku berbuat sesuatu yang sangat lucu. “Kau kira aku pencabut nyawa?”

Ketika ditanya seperti itu, spontan saja aku menjawab, “memangnya bukan ya?”

Kelegaan menerjangku. “Huuuuf,, sukurlah. Kukira aku akan mati. Jadi ada apa ini? Apa sedang ada shooting film?? Kostummu benar2 bagus.. Benar2 seperti iblis atau dewa kematian.” Ketika sedang begini, aku tidak bisa menahan ocehanku. “Aku penasaran bagaimana caramu melayang tadi.” Aku memutari gadis itu. Dan tidak kutemui seutas kabel pun yang mengikat dirinya. Keheranan dan kekaguman memenuhi pikiranku.

“Kamu ini lucu ya?” dia memegangiku. “Kalau aku benar-benar iblis..bagaimana?”

Tiba-tiba aku merasakan dingin yang sangat menjalar dari tangannya yang memegangiku dan menyebar rata di seluruh nadi. Kekosongan dan kehampaan seperti merambat seiring jalannya aliran darahku, menguasai pikiranku yang tiba-tiba merasakan dunia begitu gelap. Secepatnya kutarik tanganku. Ketakutan segera menguasai. Ini serius. “Siapa kamu? Apa maumu? Iblis tidak berkeliaran di siang hari.”

Ia menjauhiku, dan berputar layaknya model yang memeragakan busana designer. “Hihihihihi, kau salah. Sudah kukatakan. I’m a devil. Aseli.”

Aku berdiri. Kaku. Swear God, kurasa aku bisa ngompol di sini. Aku bertemu devil! “...apa yang kamu mau dariku? Aku tidak tertarik dengan perjanjian2 kontrak dengan devil.”

Dia tertawa, mendekatiku. Mengangkat kedua tanganku, dan memutarku seperti mengajak menari. “Aku suka denganmu. Kau lucu. Kurasa kamu terlalu sering liat film-film.” Entah aku harus senang atau tidak, mendengar devil mengatakan suka padaku.

Dia berhenti. Menunjukkan mimik serius. “Dengar, aku tidak punya waktu untuk main-main denganmu, walau aku ingin.” Tanpa sadar, aku menahan ludahku keras. Bayang-bayang liar sudah berkeliaran di kepalaku. Aku akan diapakan???

“Apakah ini punyamu?” dia menunjukkan sebuah kalung, dengan bandul berwarna ungu... sangat familiar.... itu kalung pendulum ku!

“Kau menemukannya!” Teriakku senang dan menerjang kalung itu, tapi sayang dia menariknya, dan terbang menjauh dariku, mendudukkan dirinya di atas lampu jalan. “Hey! Kamu curang!”

“Jadi benar, ini punyamu?” tanyanya lagi dari atas lampu jalan. Aku terpaksa menengadahkan kepalaku menantang matahari untuk melihatnya.

Aku berpikir sebentar. “Technically yes!” Aku menemukannya tergeletak begitu saja, dibuang, dan aku mengambilnya. Itu punyaku sekarang.

Ia terdiam sebentar, berdiri, dan mengepakkan sayap hitamnya. “Tidak kupikir akan begitu mudahnya menemukan dirimu.”

“He?“ Siapa menemukan siapa?

Ia turun. Ke arahku,, memegang pundakku kencang. Sangat kencang sampai aku merasa kuku-kukunya yang panjang menembus pundakku.kami berdua terlingkupi dengan sayapnya yang lebar.

“Ayo, kita pulang...” He? Pulang ke mana?

Tiba-tiba aku merasakan angin berputar sangat cepat di luar sana. Aku tak bisa melawan, bahkan aku tak bisa bergerak. Ada apa ini?

posted by mini.me @ 14:43  
1 Comments:
  • At 9:40 PM, Blogger Wid said…

    you really should stop making too many unfinished stories :)) coba bikin cerita² pendek aja, mungkin? ntar dikumpulin terus jadiin buku :D

     
Post a Comment
<< Home
 

© 2006 mute me! | Blogger Templates by Gecko & Fly.
No part of the content or the blog may be reproduced without permission.
Learn how to Make Money Online at GeckoandFly
First Aid and Health Information at Medical Health

 
 

Web This Blog
it's me..


Name: mini.me
Home: yogyakarta
About Me: two girls share the same dream. have different style but still happen to create something fabulous.
See my complete profile

before...
past...
another link..
the gangs..
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
affiliates

make money online blogger templates

Powered by Blogger