mute me!

..just mute me..
2008/04/30
sound of mute

--

Okay. Aku tahu kalau aku bukan orang yang suci. Aku tahu kalau nantinya pasti aku akan mampir, entah lama atau sebentar, ke neraka. Tapi tidak pernah terbayangkan aku akan lebih cepat mampir di sini, ketika aku bahkan blum merasakan keindahan dunia yang paling nikmat. Haha~ it’s not like i’m going to Vegas and do some crazy stuffs. But at least, sekali-dua kali, aku ingin sebelum mati melakukan hal-hal gila yang ga bakal aku lakukan.

Walaupun aku berkeinginan seperti itu, tak ada yang terlintas apa yang akan kulakukan. Tiba-tiba aku merasa bodoh. Toh aku sudah ada di sini. Apapun nama tempat ini.

Yang kubayangkan selama ini sosok sebuah neraka adalah tempat dengan api yang menjalar-jalar. Panas yang menyengat kulit. Tapi ini adalah tempat yang sangat indah. Indah sampai begitu mengharukan. Dindingnya terbuat dari pualam, langit-langit yang begitu tinggi sampai tak terlihat. Aku seperti melihat langit. Walau begitu, entah dari sisi mana, tempat ini terasa begitu hampa dan kosong. Mungkin tempat yang begitu luas dan tanpa batas, membuat perasaan itu muncul.

“Cepat dikit knapa?” Dia kembali lagi ke arahku untuk menarikku.

Aku menepisnya. “Paling tidak jelaskan padaku apa yang terjadi. Apa aku akan diadili atas dosa-dosaku? Atau aku akan bertemu dengan Tuhan?” Melihat tampangnya setelah mendengar pertanyaanku, aku merasa melontarkan pertanyaan paling bodoh sedunia.

Dia tertawa terbahak-bahak. “Hahaha.. Jangan main-main denganku. Upacara harus segera dimulai.” Ia kembali menarik tanganku.

Upacara? Upacara pengorbanankah? Bayangan-bayangan liar kembali muncul. “Hey! Upacara apa?? You owe me an answer! Kamu tidak bisa tiba-tiba menculikku dan membawaku ke sembarang tempat, entah neraka, atau tempat apa ini, dan kemudian mengorbankan aku ke suatu upacara persembahan!!!” aku mulai histeris. Perasaan frustasiku sejak tadi pagi akhirnya meledak juga.

Dia mulai bingung. “Kamu amnesia?”

“Tidak.” Pertanyaan dan jawaban yang sama-sama konyol.

Dia terlihat cemas. “Ini punyamu kan?” Dia memperlihatkan kalung itu. Dan makin jelaslah duduk perkaranya. Dia memungut orang yang salah. Sebagaimana aku memungut barang yang salah.

“..technically..”

Dia mulai tak sabar dan sedikit emosi. “Apa maksudmu technically???!”

Entah hanya bayanganku atau tidak, tapi sekilas aku merasa sosoknya berubah sesaat. Dan tiba-tiba rasa ketakutan yang hebat menjalar begitu kuat. Aku langsung tersadar lagi, bahwa gadis di depanku ini adalah devil, walaupun sosok luarnya terlihat begitu manis dan cantik, ramah dan ceria. “Weee~~ll,” Aku menelan ludahku keras. “Kalung itu menjadi punyaku sejak sekitar sebulan yang lalu, aku menemukannya di tempat sampah.”

“APAAA????” Ku memejamkan mataku, takut dengan apa yang akan kulihat jika dia marah. Aku merasa badanku digoyang-goyang oleh cengkeraman tangannya di pundakku. Rasa dingin dan kegelapan menjalar di sekitar tangannya yang menyentuh kulitku. “Maksudmu kamu bukan Idunn?”

“He?” Melihat tampangku yang bingung, dia tau bahwa dirinya telah ‘memungut’ orang yang salah.

Dia mulai resah dengan berjalan memutariku. Dan bergumam sesuatu yang tak jelas. Ketika aku berusaha untuk menyimaknya, tiba-tiba dia berteriak. “Ah!! Kau tak boleh ketahuan di sini!!! Kita harus kembali ke Midgard.”

Aku tambah bingung. “Midgard? As it in Nordik myth?” Waktu kecil, aku ingat ayahku sering bercerita tentang mitologi Nordik, dari Odin sampai Fenrir. Aku selalu merengek memintanya untuk bercerita setiap aku akan tidur. Mendengar gadis bersayap hitam ini menyebutkan kata yang tak asing itu, aku bingung. myth is a myth, right?

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Kontan gadis itu menarikku. “Cepat sembunyi!” Kami mencoba sembunyi di antara pilar-pilar. Berharap pilar-pilar yang tinggi besar itu menutupi diri kami. Kami bersembunyi di tempat yang cukup gelap, yang kurasa cukup aman untuk kami.

Gadis itu melongok dan tampak sedikit terkejut oleh yang ditemuinya. “Nyr!! Dia tak mungkin di sini!!!” Tampak kesal dengan apa yang didapatinya. Ia menggumam sendiri. “Untuk apa dia ke Svartálfheim???” Kata itu membuatku mengernyitkan dahiku. Svartálfheim menurut mitologi Nordik merupakan dunia kaum elf dari kegelapan atau dark elf.

“Hei, tempat ini Svartálfheim? Iyakah???” tanyaku cepat, entah dengan nada panik atau antusias. Kurasa ketertarikanku terhadap mitologi Nordik memicu keingintahuanku. Kalau benar, ini adalah dunia para dark elf, berarti gadis ini adalah salah satunya. Dia menghancurkan image seorang dark elf yang kubayangkan. Dark elf yang kutau tidak bersayap hitam seperti iblis. Bahkan kupingnya pun seharusnya berujung lancip. Gadis ini tak sedikit pun seperti itu. Kecuali aku yakin, di balik tampangnya yang imut dan manis, tersimpan kegelapan yang mengerikan.

Gadis itu tak menggubrisku. Dan aku terus saja mengganggunya dengan pertanyaan itu. Sampai akhirnya dia kesal. „Iyaaa!! Ini adalah Svartálfheim!!! Puas???” Jawabannya yang cukup keras itu sama saja bunuh diri. Dan dia segera menyesalinya. „Sial!! Gara2 kamu kan!! Sembunyi... sembunyi..“ Dia semakin menarikku ke tempat gelap.

Langkahnya terhenti. Dari punggungnya aku tahu dia tampak tertegun. Apakah kita ketahuan??

Dan aku melihatnya.

Sesosok laki-laki. Tegap. Dengan sayap putih yang indah terlipat di punggungnya. Baju putih bersih melekat di tubuhnya.

Sejenak aku menikmati sosoknya. Aku tersadar. Lelaki ini begitu menarik dan cantik, namun terasa begitu dingin. Begitu dingin sampai aku tak berani menatap matanya lama. Atau bahkan mengajaknya berbicara.

Ironis. Aku merasa melihat malaikat di kegelapan.

”Nyr.. apa yang kamu lakukan di sini. Ini bukan tempat bagi elf sepertimu.” Katanya kaku. Dia menarikku ke belakang punggungnya.

”Ini juga bukan tempat bagi apapun di belakangmu.” Dingin. Apapun katanya!! Sungguh tidak sopan.

”Bukan urusanmu!! Minggir! Kamu menghalangi jalanku!!” Dia mencoba melewatinya dan menarikku. Sesaat ketika aku kira lelaki bernama Nyr itu membiarkan kami pergi, dia mencengkeram lengan gadis itu.

”Kau tau ini akan jadi urusan kita semua bila manusia sampai datang ke sini, Mute.” katanya dingin. Aku baru tersadar bahwa aku baru tahu nama gadis itu. Mute. Hah,, sungguh berlawanan dengan sosok aselinya. Bisu dari mananya. Cerewetnya kayak gitu. Well, nampaknya semua yang ada di sini memang tampak terbalik.

”Lepas!” Mute berusaha melepaskan cengkeraman itu. ”Aku akan membawa dia kembali ke Midgard. Dan semua akan kembali normal.” kata Mute cepat. ”Baik para Dewa Tinggi maupun mereka yang tinggal di dunia bawah tak perlu TAU ini pernah terjadi.” Mute menekankan kata-kata terakhirnya. ”Yang perlu kulakukan hanyalah kembali mencari Id..” Tersadar dia terlalu banyak bercerita, ia berhenti cepat.

Nyr tersenyum. Tidak bisa tidak, aku terpesona oleh senyuman itu. ”Idun maksudmu?”

Mute tidak menggubris Nyr. Ia menarikku cepat. Dan kembali ke posisi di mana kami datang tadi. Kedua sayapnya kembali melingkupi kami, dan perasaan yang tadi kurasakan kembali lagi. Di tengah-tengah sensasi itu, aku berpikir. Idun? Jadi Mute sebenarnya mencari Idun? Setauku Idun adalah Dewi kemudaan, kesuburan, dan kematian dalam mitologi Nordik. Keistimewaan yang dia miliki adalah ialah yang memiliki apel yang dapat membuat para Æsir atau Dewa-dewa Tinggi menjadi abadi dan awet muda.

Ada apa ini sebenarnya?? Sungguh tidak masuk akal semua ini.


posted by mini.me @ 18:50   0 comments

2008/04/27
i found another..
yep!! i found another story again. This one is made in 2006. But, still, i stopped when it's not finished yet.. and i realized how often i used the name 'G'.. hahaha,, yeah, i like that name.

_Sound of Mute_

Namaku Gale, tapi aku lebih suka dipanggil G. Aku selalu berpikir bahwa aku adalah seorang gadis biasa yang akan menjalani kehidupan biasa, menghabiskan hidupku di kota kecil yang damai. Sejak orang tuaku meninggal, aku selalu menjalani hidupku sendiri di kota kelahiranku. Karena tak mampu membayar uang untuk sekolah, aku memutuskan untuk bekerja paruh waktu di beberapa tempat. Siang menjaga anak pemilik apartemen kecil tempat aku tinggal, malam aku bekerja di minimarket. Walaupun sulit, tapi aku merasa nyaman dengan hidupku yang tenang dan damai. Yah, setidaknya sampai saat di mana aku kehilangan pendulum kesayanganku..

Malam itu begitu dingin menusuk tulang. Jalan-jalan pun sudah sangat sepi. Tidak heran, karena ketika itu adalah saat-saat orang menghangatkan dirinya di dalam selimut tebal mereka. Aku terburu-buru pulang karena juga ingin segera masuk ke dalam tempat tidur. Langkahku terhenti ketika aku melihat seekor anjing kecil terbengkalai di sebuah kotak. Tak urung aku mendekatinya. Mengelusnya sebentar. Dan mengutuk apa yang baru saja aku lakukan. Anjing itu terlihat bahagia karena kedatanganku; menjilati tanganku. Mengeluarkan bunyi yang membuatku tak tega untuk meninggalkannya. Aku merogoh-rogoh kantongku; siapa tau ada remah-remah sisa makanan yang kadang-kadang kusimpan ketika aku sayang membuang makanan. Sayang sekali, hasilnya nihil.

Aku hendak beranjak, tapi anak anjing itu naik ke pangkuanku, dan menjilati mukaku.

”Hentikan,,!! Geli!!” Anak anjing itu tetap saja menjilatiku. Sampai akhirnya aku menjauhkan dia dari mukaku. Tetapi dia menemukan sasaran baru: leherku,, atau lebih tepatnya pendulum yang tergantung di leherku.

”Hey, kau tertarik pada ini ya?? Maaf ya, aku tak bisa memberikannya padamu. Ini penting untukku. “aku mengangkat anak anjing itu, menaruhnya kembali ke kotak.

“Maaf Manis, aku tak bisa berbuat apa-apa untukmu.” Aku beranjak, melepas pendulum itu; membersihkannya dari air liur, dan memasukkannya kembali dengan tergesa-gesa ke dalam sakuku. Aku harus pergi dari sini cepat, sebelum anjing ini menangis dan menarik perhatian orang-orang yang tak jauh dari sini. Dalam hatiku, aku merasa melakukan hal yang sangat tidak bertanggung jawab. Aku merasa dihakimi oleh apapun yang aku lewati. Pohon, tiang listrik, tempat sampah, bahkan tikus-tikus yang bersliweran. Bahkan aku merasa tikus-tikus itu melototiku dan menyalahkan diriku atas perbuatanku. “Apa?? Aku memang tidak bisa melakukan apapun untuknya!”

Pendulum itu adalah hasil temuanku ketika aku sedang membuang sampah setelah aku membersihkan minimarket tempat aku bekerja. Di tempat itulah aku melihat sesuatu yang berkilau berwarna ungu di sela-sela tumpukan sampah. Karena merasa sayang, aku mengambilnya. Itu adalah benda paling indah yang pernah aku temukan...dan yang pernah aku miliki.

Setelah penemuan itu, pendulum itu menjadi penyemangatku hidupku. Entah kenapa, aku merasa bahwa hidupku ini masih punya harapan.

Sejak memilikinya, aku punya kebiasaan ketika terbangun, aku selalu memulai hariku dengan memandangi pendulum itu. Dengan melihatnya, aku merasa bahwa semua akan baik-baik saja. Pendulum itu membangkitkan harapan bahwa suatu saat, di hidupku yang tak pasti ini, aku pasti akan menemukan sesuatu. Bahwa aku bisa mengubah hidupku suatu saat nanti.

Dan pagi itu, ketika aku akan melakukan rutinitasku itu. Aku tersadar, kalung itu tidak terjuntai di leherku. Reflek aku langsung merogoh kantongku. Dunia seakan berhenti sesaat ketika aku sadar bahwa tanganku meraih tempat kosong.

Tanpa mencuci muka dan mengganti piyamaku, aku berlari menyusuri jalan ke tempat di mana aku menemukan anjing itu. Saat itu sudah pagi, telah banyak orang berlalu lalang, entah itu akan pergi belanja, ke kantor, ataupun ke sekolah. Tatapan-tatapan aneh dari orang-orang itu tak kuhiraukan, aku terlalu serius memerhatikan apa pun yang tergeletak di jalan.

“Hey,, Kenapa, mbak? Nyari apa sih?” Seorang pengantar koran yang biasa beroperasi di lingkungan tempat tinggalku berhenti.

“Umm.. iya pak! Umm,, sepanjang jalan tadi bapak liat ada kalung jatuh tidak?? Kalungnya ada batu berwarna ungu..”

“Waaah,, gak liat tu mbak! Paling juga sudah diambil sama orang.” Begitu selesai bicara, sang bapak melaju lagi dengan sepedanya, meninggalkanku yang lesu dan putus asa. Jawaban yang sangat tidak membangkitkan harapanku. Apa sih salahnya membesarkan hatiku sedikit?? Fyuuuh... Sudahlah, toh dari awal benda itu bukan milikku.

Box anjing semalam masih di tempatnya. Tapi tidak dengan anjingnya. Entah siapa yang memungutnya. Semoga saja dia bahagia.. Aku jongkok di dekat box itu. Sedikit kesal karena tidak ada kalung yang kucari. Juga sedikit kesal karena seseorang mengambil anjing itu.

“Mencari kalung ini?” Tiba-tiba suara wanita terdengar di belakangku; mengungkit-ungkit kata kalung, membuatku harapanku melejit seketika. Aku berbalik cepat, mendapati kaki melayang. Kaaaki melaayaaanG??? Kunaikkan pandanganku, dan saat itu. Aku melihat siluet seorang wanita “melayang”, rambut panjang tergerai, sedikit terbawa angin, dan sepasang sayap hitam??? Aku pasti mimpi. Aku merasa..... melihat iblis di siang hari.


********

Selama ini aku merasa bahwa hal paling gila selama hidupku adalah saat aku tak bisa menahan diriku untuk muntah di sebuah mall paling besar dan mewah di kotaku. Dan yang paling parah lagi, diriku terpeleset oleh muntahanku sendiri ketika aku berusaha melarikan diri dan menutup mukaku.

Ternyata aku salah.

Ini lebih gila lagi.

Aku bertemu iblis. Atau dewa kematian?? ....Tunggu, aku akan matikah??

...aku belum melunasi tagihan sewa kamar. ...eh, bukanny haruskah aku senang?? Aku ga perlu melunasi malah.

...aku belum mematikan keran air!!! ...kurasa ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya..

...aku harus mengucapkan selamat tinggal pada... pada... Tidak seorang pun terlintas. DEG! Tiba-tiba aku tersadar. Ketika aku mati, akankah ada yang menangisi kepergianku??

Lamunanku terputus oleh suara ringan dan begitu menenangkan; sungguh ironis untuk seorang dewa kematian. “Hey, aku bicara padamu,, “

Sungguh tidak terbayang olehku kalau waktuku hanya sampai di sini. Aku berpikir cepat. “Tunggu! Sebelum dirimu membawa rohku, aku punya beberapa pesan terakhir yang ingin kukatakan pada beberapa orang.” Memang belum terpikirkan siapa saja orang itu, siapa sajalah. Dipikir nanti.

Sosok itu menyamakan pandangannya denganku. Menapakkan kakinya ke bumi. Sosoknya pun lebih jelas terlihat olehku. Dan sekali lagi aku merasa kecewa. Bahkan seorang dewa kematianpun tidak semengerikan seperti yang selama ini kubayangkan, sebaliknya dia punya mata paling indah yang aku pernah tau. Kulit halus tanpa cacat, dan rona merah yang mencerahkan wajahnya.


Dia tertawa. “Siapa yang mau membawa rohmu?” dia mengusap matanya dari air mata. Tampaknya ia merasa aku berbuat sesuatu yang sangat lucu. “Kau kira aku pencabut nyawa?”

Ketika ditanya seperti itu, spontan saja aku menjawab, “memangnya bukan ya?”

Kelegaan menerjangku. “Huuuuf,, sukurlah. Kukira aku akan mati. Jadi ada apa ini? Apa sedang ada shooting film?? Kostummu benar2 bagus.. Benar2 seperti iblis atau dewa kematian.” Ketika sedang begini, aku tidak bisa menahan ocehanku. “Aku penasaran bagaimana caramu melayang tadi.” Aku memutari gadis itu. Dan tidak kutemui seutas kabel pun yang mengikat dirinya. Keheranan dan kekaguman memenuhi pikiranku.

“Kamu ini lucu ya?” dia memegangiku. “Kalau aku benar-benar iblis..bagaimana?”

Tiba-tiba aku merasakan dingin yang sangat menjalar dari tangannya yang memegangiku dan menyebar rata di seluruh nadi. Kekosongan dan kehampaan seperti merambat seiring jalannya aliran darahku, menguasai pikiranku yang tiba-tiba merasakan dunia begitu gelap. Secepatnya kutarik tanganku. Ketakutan segera menguasai. Ini serius. “Siapa kamu? Apa maumu? Iblis tidak berkeliaran di siang hari.”

Ia menjauhiku, dan berputar layaknya model yang memeragakan busana designer. “Hihihihihi, kau salah. Sudah kukatakan. I’m a devil. Aseli.”

Aku berdiri. Kaku. Swear God, kurasa aku bisa ngompol di sini. Aku bertemu devil! “...apa yang kamu mau dariku? Aku tidak tertarik dengan perjanjian2 kontrak dengan devil.”

Dia tertawa, mendekatiku. Mengangkat kedua tanganku, dan memutarku seperti mengajak menari. “Aku suka denganmu. Kau lucu. Kurasa kamu terlalu sering liat film-film.” Entah aku harus senang atau tidak, mendengar devil mengatakan suka padaku.

Dia berhenti. Menunjukkan mimik serius. “Dengar, aku tidak punya waktu untuk main-main denganmu, walau aku ingin.” Tanpa sadar, aku menahan ludahku keras. Bayang-bayang liar sudah berkeliaran di kepalaku. Aku akan diapakan???

“Apakah ini punyamu?” dia menunjukkan sebuah kalung, dengan bandul berwarna ungu... sangat familiar.... itu kalung pendulum ku!

“Kau menemukannya!” Teriakku senang dan menerjang kalung itu, tapi sayang dia menariknya, dan terbang menjauh dariku, mendudukkan dirinya di atas lampu jalan. “Hey! Kamu curang!”

“Jadi benar, ini punyamu?” tanyanya lagi dari atas lampu jalan. Aku terpaksa menengadahkan kepalaku menantang matahari untuk melihatnya.

Aku berpikir sebentar. “Technically yes!” Aku menemukannya tergeletak begitu saja, dibuang, dan aku mengambilnya. Itu punyaku sekarang.

Ia terdiam sebentar, berdiri, dan mengepakkan sayap hitamnya. “Tidak kupikir akan begitu mudahnya menemukan dirimu.”

“He?“ Siapa menemukan siapa?

Ia turun. Ke arahku,, memegang pundakku kencang. Sangat kencang sampai aku merasa kuku-kukunya yang panjang menembus pundakku.kami berdua terlingkupi dengan sayapnya yang lebar.

“Ayo, kita pulang...” He? Pulang ke mana?

Tiba-tiba aku merasakan angin berputar sangat cepat di luar sana. Aku tak bisa melawan, bahkan aku tak bisa bergerak. Ada apa ini?

posted by mini.me @ 14:43   1 comments

from the junk, i found this,,
well,, after the final presentation, i really have much time for my own, that i have that 'jet lag' going on. I felt quite bored....
then, one time, i was searching old stuffs in my folders, and i found this. This story i made in my early college year. You still can feel that 'high school' feeling. Well, actually i felt rather embarrassed when i read it again,, (the word : yeeekh was really came from my mouth,, =p) but then.. i decided to post it here.
this story -like usually- was not finished... far away for finished... hahahahahaha...

_ray-ray sisterhood_

darah ini… adalah kita… darah ini… adalah persaudaraan kita.. mulai sekarang kita adalah satu.. senang bersama, duka bersama.. Cheers!”

-----------

Pagi yang cerah untuk memulai hari, pagi yang menyenangkan untuk menghadapi dunia. Tapi bukan untuk Noa. Baginya, pagi adalah saat yang paling menyebalkan... dan pagi ini, sama saja dengan pagi2 yang sebelumnya... ia beranjak dari tidurnya, mandi, makan, dan berangkat ke sekolah.

Walaupun kemalasan yang dirasanya sangat dan sangat menguasainya, toh Noa tetap beranjak dari tempat tidurnya, dan mengerjakan rutinitasnya tanpa berpikir...

Terik yang mulai menyengat membuat Noa harus menyipitkan matanya ketika menatap langit. “langitpun tetap biru ya...” gumamnya. “membosankan..” diapun melanjutkan perjalanannya ke sekolahnya, SMU 45.

Seperti bagaimana ia melakukan aktifitas paginya, diapun berjalan menuju sekolahnya tanpa berpikir, hanya mengikuti tubuhnya yang menjalankan kerutinitasan itu. Pandangan kosong, dan pikiran yang entah ke mana.

TOOOOK! Sebuah batu kecil mengenai kepala belakang Noa membuat kakinya berhenti melangkah, dan membangunkan Noa dari lamunannya (atau tidurnya???) Noapun membalikkan badannya, siap menatap tajam siapa yang berani-beraninya melempar batu pada dirinya. He?? Dilihatnya tak ada siapapun di belakangnya...

“hehehehe...” Noa merendahkan pandangannya, mendapati seorang anak laki-laki kecil sedang meringis padanya. Noa terdiam, menatap anak itu sebentar, lalu berbalik lagi melanjutkan perjalannannya. Anak kecil itu tampaknya tak puas dengan reaksi Noa, mulai berteriak, “ekoooor cicaaaak... buntut cicaaaak...” dan melempari Noa dengan batu kecil lagi. Noa berhenti lagi. Rambut Noa memang menarik perhatian bagi siapa saja yang melihatnya. Mungkin dari depan rambutnya terlihar normal, layaknya cewek-cewek berambut pendek seleher, tapi seikat rambut lainnya menjuntai panjang sepunggung. Dilihatnya batu yang mengenai kepalanya...berpikir sebentar, melihat anak kecil yang masih juga meringis sambil meneriakinya buntut cicak... tersemburatlah senyum kecil Noa.

Ia berbalik, dan melempari anak kecil itu. Dan meninggalkan anak yang menangis keras-keras itu.

“cukup melegakan...”

---------

Pagi yang sama pula, ketika Noa memasuki area sekolah, ditanggapi dengan reaksi yang sama oleh seluruh anak sekolah yang melihatnya. Pandangan antara takut, takjub, dan meng-underestimed-kan. Sosok Noa yang luarbiasa dan sifatnya yang terkenal dingin membuat ia disegani dan mungkin juga dicemoohkan.

Sesosok cewek dengan rambut yang sangat terang alias blonde, menepuk punggungnya. “Pagi, Noaaa!! Nyawamu dah ngumpul semua belum neh?? Lemes amat!” Dialah Mya, teman Noa satu2nya yang juga sangat menarik perhatian semua orang. Selain rambut panjangnya yang blonde –mengingat di sekolah itu dilarang mencat rambut, dirinya sangat cantik, diidolakan oleh cowok2 di sekolah itu. Dirinya dikenal sebagai sosok yang ceria, lembut, dan ramah, membuat semua orang heran kenapa dia mau berteman dengan Noa. Yang lebih aneh adalah, isu bahwa cowok yang mendekati Mya berakhir tragis, cowok-cowok itu mengalami luka-luka, dan ada yang sampai mengalami gangguan mental, menganggap bahwa itu adalah ulah Noa agar tak mendekati Mya.

“hmm.. lumayan,” jawab Noa pendek, tidak menggubris pandangan-pandangan dan bisikan2 dari sekitarnya, terus menuju lokernya.

“Kamu tau? Katanya bakal ada murid baru looh,” Mya membuka lokernya, mengambil beberapa buku, dan menutupnya kembali.

“oh ya??” Noa mengambil discmannya, dan memasukkan CD ke dalamnya.

“Yup! Mungkin akan menarik. Oh ya, nanti ketemu di tempat biasa ya!”

“yeaah...”

“..anu..Mya, bisa ikut kami sebentar? Kami membutuhkan bantuanmu..” dua orang gadis mendekati mereka.

“oooh.. okay,” jawab Mya tersenyum manis pada mereka, “mereka dari klub seni, mau melukisku, hihihi...sangat konyol bagaimana mereka memintaku kemaren” bisik Mya pada Noa cepat dan meninggalkannya.

“ceritakan nanti..” balas Noa, memasang earphone, dan segera menuju kelasnya.

-----

“Mya, kami masih saja heran, kenapa kamu mau bergaul dengan Noa. Dia kan dingin, udah gitu aneh lagi!” celoteh cewek yang berkacamata.

“Iya... kamu ga pantes bergaul dengan dia, Mya! Sebenarnya banyak lo yang pengen dekat ma kamu, tapi gara-gara kamu sering bareng Noa, semua orang pada takut!” tambah cewek yang berambut keriting.

“Hihihi, apa iya?” Mya tertawa kecil.

“Mya kan orangnya sangat ramah, lembut, pokoknya auranya menyenangkan deh. Lha si Noa?? Udah dingin... tertutup, en ga welcome ma orang2. Aku denger dia pernah terlibat perkelahian loooh!! Udah deh, ga usah deket2 ma Noa, bisa merusak reputasimu..!!” kata yang berkacamata.

“Wah, Mina, makasih ya sudah memperhatikan aku...” Mya tersenyum manis, bisa melelehkan hati cewek maupun cowok, tua maupun muda. “....kalian hanya tak tau saja...” gumamnya pelan.

“Apa, Mya? Kamu berkata sesuatu?”

“he? Tidak! Aku hanya berpikir... apa sulit berpose untuk dilukis?”

“enggak kok! Sante aja!! Ntar deh, kita kasi instruksi.. Oke2?” Sepanjang perjalanan ke klub seni, kedua cewek itu terus menerocos tentang segala gosip di sekolahnya, sementara Mya menanggapinya dengan antusias... tapi di benak Mya yang terpikir hanyalah bagaimana cara mengunci mulut kedua cewek ini agar berhenti berbicara hal-hal membosankan itu.

--------

Noa memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran pertama sehingga ia memutar tubuhnya untuk pergi menuju bukit di belakang sekolah, tempat ia sering menghabiskan waktu di sekolah. Dan sialnya, ia menabrak seseorang di belakangnya sehingga orang itupun terjatuh.

Noa memperhatikan orang yang terjatuh itu sebentar. Cowok. Tinggi. Noapun mengambil discmannya yang terjatuh dan meninggalkan cowok itu.

“Hey!!! Tidakkah kau bisa meminta maaf??” Noa tidak menggubrisnya.

“Heeey!!! Aku bicara denganmu, cewek pelempar batu yang tega pada anak kecil!!” Noa terhenti. Membalikkan badannya. Rupanya ada yang liat aksiku pagi ini. Menarik.., pikir Noa.

“...Apa?”

Cowok itu tertawa, “`Apa` katamu? Aku berhak atas permintaan maafmu.” Cowok itu membenahi berdirinya, mengambil tasnya yang terjatuh juga, “Dan mungkin anak kecil itupun berhak atas permintaan maafmu juga.”

“Aku tak perlu meminta maaf pada siapapun...” Noa memandang cowok itu tajam, merasa semuanya tidak menarik lagi, berbalik lagi melanjutkan rencananya.

Cowok itu terdiam sebentar, terkejut dengan dinginnya reaksi Noa. “he...hey!! bukankah bel jam pertama sudah berbunyi???” Noa terus berjalan menjauh, tidak menggubris teriakan cowok itu. “heeeey!!?”

-------

Bayangan hitam yang samar, pertengkaran, perkelahian, suara tangis, suara teriakan... dan wajah sesosok wanita lemah.

“Noa... maafkan ibu... meninggalkanmu sendiri... maafkan ibu... jangan pernah kau salahkan dia.. ya Noa? Ibu mohon....” Wajah ibu Noa menyamar...menyamar... dan muncul wajah Mya.

“Hey! Kamu ketiduran ya??? Dasar, kebiasaan!!” Mya membangunkan Noa yang tertidur di bawah pohon di belakang bukit sekolah. Tempat favorit mereka berdua. “Kamu menangis lagi, Noa.. kamu mimpi lagi ya?” Noa bangkit dari tidurnya, membersihkan bajunya dari dedaunan, dan bersandar pada pohon... dan mengusap air matanya.

“...”

“Akhir-akhir ini kamu sering mimpi ya?” Mya duduk di sebelah Noa, mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya. “Mungkin kita harus refreshing..”

Noa memperhatikan asap rokok Mya, “Hati-hati ada yang liat. Bisa ancur reputasimu sebagai anak paling manis di sekolah... dan mainanmu akan lari semua,” Noa tersenyum kecil.

“Jangan khawatir, ga ada yang bakal ke sini, tempet ini kan cukup jauh dari sekolah, hanya kita yang tau...heheh..” Mya merebahkan tubuhnya. “Uaaaaaaaah.. capek aku ngeladenin mereka-mereka. Apa yang mereka omongin semuanya bener-bener meaningless! Belum lagi bagaimana mereka memujaku, ahahahaha.. konyol sekali!”

“Tapi itu kan permainannya kan?”

“Yap!!! Bodohnya mereka ya? Apalagi cowok2 itu. Dengan satu senyuman manis, mereka jadi budak kita! Hehehe...” Mya mengisap rokoknya lagi. “Kamu uda ketemu murid baru itu?”

“Lum, daritadi aku di sini. Kamu sendiri?”

“Ye...gimana bisa. Aku harus berdiri membawa satu buah apel dengan berbagai pose selama satu setengah jam! Ga tau deh apa yang udah kulewatkan tadi...”

“Aku ga peduli,”

Mya tertawa, “Hahaha... iya2, aku tau. Aku kan cuman bilang sapa tau menarik,” Suara tanda istirahat selesai berbunyi membuat Mya mematikan rokoknya pada dahan pohon. “Aku mau masuk kelas sekarang, sapa tau ada hal2 menarik, aku ga mau melewatkan kesempatan itu. Heheheh.. Melihat orang2 bodoh itu kadang2 ada asyiknya juga,” Mya berdiri. “Kamu ikut ga?”

“....” Noa berdiri juga, tanda bahwa ia akan ikut. Dan keduanya berjalan beriringan ke sekolah. “Peppermint.” Noa memperingatkan Mya tentang bau rokok di mulutnya.

Mya tertawa. “Thanks!!”

-----

Riuhnya kelas 1E langsung tenang ketika Noa dan Mya masuk. Noa langsung menuju kursinya yang terletak di pojok belakang, tempat favoritnya. Walaupun sudah terjadi beberapa kali pergantian tempat duduk, tapi Noa selalu duduk di sana. Ia duduk, lalu segera memasang discmannya lagi.

Sedangkan Mya yang begitu duduk, langsung diserbu oleh cewek2 di kelas itu. “Mya, mau gak kamu ikut ke pesta ulang taun Tyrese? Kamu diundang lhooo!! Mau ya ikut!!! Pasti menyenangkan!!” ucap Mina.

“Waaaah! Pesta ya? Sepertinya menyenangkan! Tapi...” Mya melayangkan pandangan ke Noa, tanda bahwa ia akan ikut karena pasti akan ada hal2 menarik. Noa membalas pandangan itu, keduanya mengalihkan pandangan, tanda masing2 sudah mengerti. Mina yang tau Mya menatap Noa mengira bahwa ia ingin Noa ikut atau takut Noa melarangnya.

“Tapi Mya, anuuu, si Noa ga diajak.... dia pasti akan merusak suasana pesta.. Kalau misalnya dia melarangmu ikut, kita bakal membelamu!!!” yang segera diiyakan semuanya. “Iya kan teman=teman?”

“He??? Me---membela?” cewek berambut panjang terbata-bata, sungguh mengerikan baginya menghadapi seorang Noa, walaupun bersama-sama, merasa dirinya disikut Mina, iapun langsung menjawab lagi, “Iya-iyaaa! Kami akan membelamu!”

Mya tersenyum manis. Yeah, like you can! Masi mau hidup? “Waaah... Semuanyaaa!! Makasi yaaa...!! Tapi Noa tidak akan melarangku kok, kupikir kalian bisa membujuk Tyrese agar Noa ikut...” sambil mengedipkan mata pelan ke Noa tanda : kamu mau ikut??? Noa mengerutkan dahinya... tanda dia tak tertarik. “tapi.. kupikir Tyrese takkan mau ya? Baiklah... aku akan ikut!” Yang diikuti suara girang dari cewek2 itu.

“Bagus!! Dengan begini pasti akan banyak cowok2 yang datanG!!” tukas salah satu cewek yang langsung disikut oleh Mina.

“Tenang! Tenang! Duduk di tempat kalian masing2!” ucap Mr. Reagen, guru Sejarah di sekolah itu. Semuanya pun menurut pada perintah sang guru, duduk manis di tempat masing2. “Baiklah, anak-anak, sebelum pelajaran dimulai, bapak akan mengenalkan murid baru di kelas kalian yang baru saja membereskan urusan administrasinya belum lama ini, sehingga baru bisa masuk ke kelas kalian pada jam ke empat ini..” belum selese Mr. Reagen bicara, riuh kelas memenuhi ruangan tanda betapa antusiasnya mereka, penasaran apakah murid baru itu cowok atau cewek.. cakep apa jelek..

“Tenaaaaaang!! Masuklah kau murid baru, dan perkenalkan dirimu.” Masuklah murid baru itu, murid yang lumayan good looking, cukup untuk membuat para cewek di kelas itu menahan napas beberapa detik. Noa memperhatikan cowok itu, merasa mengenalnya. Tapi tak menggubrisnya lagi, kembali melayangkan pandangannya keluar.

“Saya Reid Harrison. Panggil saja Reid.” Dia tersenyum. Riuh bisik2 anak2 cewek mulai membahana.

“Baiklah Mr. Harrison, karena kursi yang ada hanya tinggal satu, maka anda duduk di sana ya...” Riuh terdenar lagi. Murid-murid kasak-kusuk. Reidpun mengangguk tanpa mengerti kenapa semuanya bereaksi seperti itu, berjalan mendekati kursi itu. Kursi tepat di sebelah Noa.

---

3 hari setelah Reid pindah. 3 hari pula Noa merasa terusik. Reid yang ceria. Reid yang selalu berusaha berbicara dengan Noa. Reid yang ternyata adalah cowok yang Noa tabrak di hari pertamanya dia masuk. Sial untuk Noa, orang seperti Reid duduk di sebelahnya. Walaupun Noa berusaha untuk tidak menggubrisnya, si Reid itu tetap saja akan bicara sampai Noa menanggapinya... atau... terpaksa menanggapinya.

“Fyuuuuh...” Noa menghela napas. Merasa lega bisa lepas dari Reid. Sengaja ia membolos seharian, bersantai-santai di bukit tempat kesenangannya.

“Napa? Rasanya akhir-akhir ini kamu sering muram? Terganggu oleh Reid?” Noa mengangguk. “Perlu dikasi pelajaran?” Noa terdiam. Pelajaran? Tidak... rasanya tidak benar.. Noa menggeleng. “He?? Oke deh..” Mya tidak mengungkitnya lagi.

Noa menerawang. Teringat 1 hari yang lalu, sebuah kejadian yang agak mengusik dirinya. Ketika itu, senja telah datang. Murid2pun tak ada lagi yang terlihat. Hanya Noa, menatap matahari tenggelam dari kejauhan. Dirinya pun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sampai, penjelajahan fantasinya terusik oleh suara derikan kursi. Noa menoleh mencari sumber suaranya. Dan ternyata, tertangkaplah sosok Reid yang meringis.

“Maaaaf... terganggu ya?” ucapnya agak merasa bersalah. “waaah.. mataharinya indah sekali ya?” Reid mendekat ke jendela, tak jauh dari Noa. Noa hanya diam. Tapi membatin, ya memang indah.. makanya aku selalu duduk di sini menatapnya..

Suasana agak hening sejenak, Noa memang tak bermaksud untuk mengajaknya mengobrol... malah berharap Reid segera pergi. “Kamu...tak ingin aku di sini ya?” tiba2 Reid memecah kesunyian. Agak terkejut hatinya yang barusan membatin langsung kepergok oleh Reid. Tapi dia hanya diam, tak bermaksud untuk menggubrisnya. Reid pun tak menunggu jawaban dari Noa. “Apa kamu tak merasa kesepian di duniamu yang seperti itu?” Noa menatap tajam pada Reid. Tak mengerti kenapa dia tiba2 berbicara seperti itu. Tau apa dia tentang dirinya, ketemu juga baru 2 hari, itu pun gak ngapa2in. “Hehehe.. kau bertanya apa maksudku kan?” Reid membenarkan duduknya. “Kau menutup hatimu dari orang lain, Noa. Tidakkah kau merasa kesepian? Seperti matahari yang terbenam, penuh sepi.. penuh kesedihan.. Itukah makanya kamu suka menatap matahari terbenam? Karena merasakan persamaan?” Reid menatap Noa. Tersenyum.

Noa bangkit. Matanya menyorotkan kemarahan. “Tau apa kamu tentang diriku!!!” Noa meninggalkan kelas dengan menutupnya sekeras mungkin, sampai hampir2 pintunya seperti mau lepas dari jalurnya.

Reid tersenyum kecil, bergumam, “Yah,,, atleast hari ini akirnya kamu mau bicara.. kukira kamu bisu.”

Ya..tau apa kamu tentang diriku... Kamu tak tahu apa yang selama ini aku alamin.. yang aku dan G alamin.. batin Noa. Tapi setitik hatinya terasa goyah. Mungkinkah sebenarnya perasaan kosong yang aku rasain selama ini adalah rasa kesepian?? Mungkinkah karena itu aku selalu menatap matahari terbenam?? Kenapa dia bisa tau semua itu??

“Noa??” Mya mengguncangkan bahunya, “kamu tak apa kan?”

Noa tersadar dari lamunannya. “Tak apa, G.. hanya ada sedikit yang kupikirkan..” G adalah nama panggilan Mya, ya bisa dibilang nama sesungguhnya dari kepribadian Mya yang sebenarnya.

“Kamu pucat... apa si yang kamu pikirin?”

Noa terdiam. Tak perlu kupikirkan lama2... hal ini akan berakhir secepatnya. Harus. “Bukan apa2.. Tak penting.”

“heheheh.. kau pikir bisa mbohongin aku? Kalo ga penting, kenapa kamu bisa mpe kayak gini. Tau ga si, keningmu berkeruuut..” Mya menjotos lengan Noa. “Emang ga sebaiknya kamu lama2 berpikir serius, seharusnya kamu ngaca de kalo lagi gitu. Bener2 jeleeek! Kamu pasti bakal cepet tua..” Mya tertawa.

“Sial..” Noa memukul kepala Mya pelan..yang akhir2nya berlanjut pada perkelahian kecil antar teman, yang diselingi oleh tawa Mya yang keras.

_________________________________________

Pagi yang menjemukan lagi untuk Noa. Sama seperti pagi2 sebelumnya. Tapi berhubung moodnya hari ini lumayan baik, maka ia putuskan untuk mengikuti pelajaran pertama pagi itu. Sayangnya, begitu ia masuk kelas, ia melihat Reid, duduk di kursinya, yang sungguh..sungguh sangat disayangkan berada di sebelahnya... langsung merusak moodnya pagi itu. Sedikit banyak merasa kecewa dengan keputusannya untuk masuk hari itu. Tapi pun, untuk mundur sekarangpun rasanya sangat pengecut. Entah mengapa, sejak sore itu, Noa merasa malas bertemu Reid, ntah karena merasa risih dengan segala pertanyaan2 personal dari Reid, atau karena sikapnya yang selalu berusaha mendekati dirinya. Yang jelas, ia malas menghadapi sesosok manusia bernama Reid Harrison.

Dengan agak kesal ia menaruh pantatnya di kursi, dan segera memasang discnya, menatap keluar jendela. Tidak merasa Reid menatapnya lama di sampingnya. Sesaat ia sudah terbawa oleh lamunannya, dan terhenti ketika sebuah kertas mampir di mejanya. Noa menoleh, mendapati si Reid memberi tanda untuk ia membawa surat itu.

Masuk ya hari ini? Ke mana aja?

Noa tidak menggubris surat itu. “..sungguh pertanyaan tidak penting...” Melihat Noa tidak merespon suratnya itu, Reid hanya bisa menghela napas. Tidak sadar bahwa sepasang mata tajam menatap padanya.

Merasa mood hari ini rusak, ia pun beranjak dari kursinya, melangkahkan kaki keluar dari tempat yang dianggapnya neraka itu. Melihat Noa berdiri, Reid berniat untuk bertanya padanya mau ke mana, tapi niatnya itu didahului oleh suara berat oleh guru yang baru masuk, “Miss, maaf mau ke mana anda? Kelas akan dimulai, tolong duduk di kursi anda!” Noa tidak menggubrisnya, tetap berjalan. Melihat dirinya tak digubris, guru itu tak sabar, “MISS!” Kelas seketika serasa hening sekali, anak-anak di kelas itu tau, Noa pasti sedang BT..... Noa berhenti, menatap guru itu, merasa tak pernah melihatnya, Noa semakin tak peduli, “Aku mau memukul seseorang di jalan,,” jawabnya singkat, meninggalkan kelas yang rasanya semakin hening saja. Guru itupun hanya bisa terhenyak mendengar jawaban Noa itu,, sampai-sampai tak bisa menghentikan Noa pergi dari pandangannya.. Mya melihat Reid dengan tajam, bertanya-tanya apa gara-gara Reid si Noa jadi begitu,,

“Me---me---mukul orang??? D----di jalan? Ada apa ini?? Ada yang bisa menjelaskan hhaa—hal ini pada saya??” Anak-anak di kelas itupun hanya diam, dalam hatipun merasa geli. “Maaf pak, anda guru baru ya?” Reid memecah keheningan.

Noa memutuskan untuk mampir ke tempat favoritnya yang kedua, pantai yang tak jauh dari rumahnya. Setiap dirinya merasa tidak enak, ia selalu lari ke sana. Tempat yang penuh kenangan.. Sedang larut dalam pikirannya, ia dihadang oleh tiga orang pemuda. “Wah-wah-wah, mbolos ya mbaK?” Gadis dengan seragam pelaut memang menarik bagi cowok-cowok, apalgi ada cewek cantik sendirian, mereka sungguh merasa mendapat berkah. Mereka menutup jalan Noa, sehingga memaksa Noa untuk berhenti. Melihat Noa hanya diam dan menatap kosong pada mereka, salah satu pemuda merasa dapat jackpot, “daripada bengong, mending ikutlah bersenang-senang dengan kita.” “Betul!!” Pemuda yang satu lagi menarik tangan Noa, dan langsung ditepis oleh Noa. “sialan! Melawan ya? Jadi harus dengan kekerasan ya!?!?” ancam pemuda itu. Noa tersenyum kecil. “Kebetulan,, aku sedang butuh kesenangan.” Setelah itu, yang terdengar hanya teriakan-teriakan memilukan dari pemuda-pemuda itu.

--

Bunyi bel menghentikan pelajaran hari itu, membuat para murid menghela nafas lega. Mya beranjak dari kursinya, menghampiri Reid. “Reid, bisakah kita bicara sebentar. Empat mata.” Tanya Mya sambil tersenyum manis. Merasa kaget didatangi oleh Mya, tak merasa mukanya bersemu merah. “Ah--- tentu saja, ada perlu apa si?” “Umm, something important, ehhehehe” Melihat Mya dan Reid berjalan keluar kelas berdua, kasak-kusuk pun terdengar. Hal sama terjadi juga di sepanjang lorong sekolah itu. Merasa jadi pusat perhatian, Reid merasa tak nyaman, sedikit banyak merasa GR tentang apa maksud Mya mengajaknya ke belakang sekolah. “Umm, Mya, haruskah kita bicara di belakang sekolah?” Mya tersenyum, “iya, maap ya Reid, merepotkan..” Melihat sikap Mya yang begitu menggemaskan, membuat Reid sedikit tersipu-sipu. “Hahaha---tak apa. Wah, kamu populer sekali ya di sekolah ini? Baru jalan begini udah jadi pusat perhatian,” kelakar Reid. “hihihihi, bisa aja Reid, biasa aja kok!” tak sengaja Reid menabrak seorang cowok. “Maaf,” “tak apa, he? Kamu pergi sama Mya?” tanya cowok itu sambil melihat Mya yang masi berjalan di depan. “hehe, iya, kenapa?” “....kasihan kamu..” gumam cowok itu. “he?” “Reid, ada apa?” Mya mendekati Reid. Cowok itu tadi langsung memotong dengan gugup, “Aaah---ti—dak ada apppp----pa, dia cuma menabrakku, hal kecil,” “Ahhh,, begitu rupanya, aku harap MEMANG begitu,” Cowok itu tau maksud penekanan kata Mya itu, langsung pamit duluan.

“Aneh...” gumam Reid. Ia merasa janggal dengan kata kasihan yang diucapkan cowok itu. Dia pun menceritakannya pada Mya. “hihihihi, wah, apa benar dia mengucapkan kata itu?” “Ga tau ya... ga jelas juga si. Mungkin aja aku hanya salah denger ya?”

Hanya perlu lima menit, mereka telah sampai di belakang sekolah. Suasana makin terasa intim, Reid pun agak canggung. “ummm,, so, apa yang ingin kamu katakan Mya?” Mya terdiam sebentar. “apa yang kamu lakukan ke Noa?” Dingin. Reid terkejut dengan perubahan itu, merasa bingung. “Ha??” Sebuah tinju mengarah ke muka Reid, membuat Reid terpenjam seketika dan terpekik pelan, tapi tinju itu hanya melewati mukanya dan dikenakan ke tembok di belakang Reid. “Tak usah pura-pura. Kamu apain Noa?” “Mya??? This isn’t like you!?” Shock. Itulah yang Reid rasakan. Apakah yang di depannya ini Mya. Mya yang manis, ceria, dan begitu feminin. Yang di hadapannya adalah Mya yang sangar, dingin, dan galak! “Huh, sayang sekali,” Mya mengebaskan rambut panjangnya, “Inilah aku. Kecewa??” Reid jadi mengerti duduk perkaranya. Inilah yang dimaksud cowok yang berpapasan dengannya tadi. Kepribadian Mya yang sebenarnya. “Kuingatkan kamu ya Reid, jangan kamu berusaha mendekati Noa.” “Apa maksudmu?” Mya menarik kerah baju Reid. “Kamu kira aku ga tau? Kamu berusaha mendekati Noa!!” “Apa salahnya?? Aku hanya ingin berteman dengannya,” “Kalau begitu jangan!!! Don’t mess up with us, i warned you!” Mya melepaskan cengkeramannya, meninggalkan Reid. “Ternyata begitu,,,” Reid tersenyum kecil sambil mengangguk-angguk. “Ternyata apa?” Mya berhenti. “Kamu takut kehilangan dia kan? Kalian dengan dunia yang hanya kalian yang miliki,” Mya geram, Ia sedikit mengerti kenapa Noa merasa terganggu oleh bocah ini. ”Diam! Jangan bicara seperti kamu tau segalanya!! I warned you!!” Mya meninggalkan Reid sendiri, yang masih terbengong-bengong dengan apa yang ia barusan alami. “Tau apa kamu tentang diriku!!!” ”Diam! Jangan bicara seperti kamu tau segalanya!!” Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Reid.

___

Suara ketukan pintu yang berkali-kali membuat Noa terpaksa harus bangun dari tempat tidurnya. Dengan terhuyung-huyung dia berjalan ke pintu, dengan rambutnya yang acak-acakan, dan bajunya yang asal-asalan. Ia membuka pintu, memicingkan matanya karena silau yang berlebihan, dan lama-lama mendapati bentuk yang sudah sangat familiar baginya. Mya. Siapa lagi? Noa tersenyum kecil. “Ada apa? Kamu mengganggu tidurku, G” Mya menerobos masuk tanpa menunggu dipersilakan oleh Noa. Mya sudah sangat terbiasa di rumah Noa, sehingga ia pun mempunyai lemari pakaian sendiri di sana. “Ada apa?? Aku udah baek hati ke sini mau bikinin kamu makan malam, Thank you, at least?” Mya membalikkan badan ke arah Noa, mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan belanjaan. Mya membalikkan baannya lagi, langsung menuju dapur, sementara Noa menuju sofa di ruang TV-nya, merebahkan diri; masih merasa di antara dua dunia. “Dan Noa, ni tu udah jam 4, kamu udah tidur dari tadi kamu mbolos sekolah kan? Mang ga ada kegiatan laen apa?” gerutu Mya sambil mengeluarkan barang belanjaannya. “Ada.” Jawab Noa singkat. “Tidur.”

Hanya dengan tidur Noa bisa merasa bebas dari kenyataan. Dari segala pemikiran-pemikiran, pertanyaan-pertanyaan yang semakin lama menggerogoti benaknya. Hanya dengan tidur Noa menemukan dunia yang sangat indah. Mimpi.

Mya mendekati Noa, berpangku pada sofa. “I talked to Reid,” Noa membuka matanya, memandang Mya. Sinar matanya memancarkan pertanyaan pada Mya. “Aku hanya meluruskan sesuatu.” Mya berjalan kembali ke dapur, meneruskan apa yang ditinggalkannya. Noa beranjak dari tidurnya, mengikuti Mya. “apa?” Maksudnya meluruskan apa. “Hehehehe, penasaran ya?” Mya tidak menjawab pertanyaan Noa, malah sibuk memotong-motong sayuran. Tidak sabar, Noa menarik kursi ke pantry, tepat di depan Mya. “G,,” Mya menghela nafas, menaruh pisaunya. “Aku hanya bilang jangan mendekati kamu lagi. Kita.” Noa terdiam. Menimang-nimang baik–buruknya tindakan Mya itu. Mungkin memang ada baiknya ia menjauhi kehidupannya, dia sangat mengganggu. Entah kenapa, tetapi ada sesuatu yang membuat Reid begitu mengganggu. Mungkin segala pertanyaan-pertanyaannya yang selalu membuat Noa tidak nyaman. Dan ternyata Mya menyadari itu. “Well, tentu saja dengan sedikit ancaman,” “mengancamnya?” “Yeah,, Seharusnya kamu liat waktu aku memukul tembok di belakangnya?” Mya memeragakan adegan itu dan tertawa geli. “Kenapa?” Mya berhenti tertawa. Ia tau maksud Noa dengan ‘kenapa’nya. Ia bertanya kenapa Mya melakukan hal itu pada Reid. Ancaman2 itu. “Kenapa? Kamu tak suka padanya!! Tetapi dia malah terus saja mengganggumu! What’s wrong with you, Noa?? Gak biasanya kamu peduli dengan orang-orang yang kuancam,” Mya berhenti, lalu terhenyak. “You have feelings for him, don’t you!” Noa terdiam. Ia tak banyak mengerti tentang perasaan semacam itu, jadi ia pun takkan mengerti bila suatu saat perasaan itu datang padanya. “G, no.” Jawab Noa kemudian. “Kita sama-sama tau bagaimana kita terhadap hal semacam itu, G. Our vow.” Terbayang kembali kilasan-kilasan masa kecilnya. Teriakan-teriakan, tangisan-tangisan, pukulan-pukulan. Melihat rona wajah Noa yang berubah, Mya tau ia terbayang kembali dengan masa kelamnya, merasa menyesal ia mengusap kepala Noa. “sorry Noa,,” ucap Mya lirih. Noa tersenyum kecil, tanda bahwa ia tak apa-apa. Mya menghela nafas, mendekati pisaunya, mencincing lengan bajunya. “So, sebagai ucapaan maafku, kamu duduk aja di situ, dan saksikan kehebatanku!!!” Mya berlagak sebagai pembawa acara memasak. Seperti biasa, Mya selalu berlagak sebagai badut untuk Noa. Noa tertawa.

posted by mini.me @ 14:22   0 comments

2008/04/25
i'm drowning in my own thoughts..
one of my worst part of me..

hey,, i listened this song in america idol...
hahahaha.. and i remembered how i like this song years2 ago...


Night time sharpens, heightens each sensation
Darkness stirs and wakes imagination
Silently the senses abandon their defences

Slowly, gently, night unfurls its splendour
Grasp it, sense it, tremulous and tender
Turn your face away from the garish light of day
Turn your thoughts away from cold, unfeeling light
And listen to the music of the night

Close your eyes and surrender to your darkest dreams
Let your thoughts of life you knew before
Close your eyes, let your spirits start to soar
And you'll live as you've never lived before

Softly, deftly, music shall surround you
Hear it, feel it, closing in around you
Open up your mind
Let your fantasies unwind
In this darkness which you know you cannot fight
The darkness of the music of the night

Let your mind start a journey through a strange, new world
Leave all thoughts of the world you knew before
Let your soul take you where you want to be
Only then can you belong to me

Floating, falling, sweet intoxication
Touch me, trust me, savour each sensation
Let the dream begin, let your darker side give in
To the power of the music that I write
The power of the music of the night

You alone can make my song take flight
Help me make the music of the night


"the music of the night"
posted by mini.me @ 12:53   0 comments

2008/04/13
childish song
a song..
a beautiful voice by an angel..
came through the unspoken dream..
a scene that couldn't be erase forever, could it?

i'm dancing around and around..
acting like a happiest child ever..
try to annoy..
try to cheer up..
and a smile never came up..
posted by mini.me @ 19:09   0 comments

as distant as the sky..
as wide as the sea..
as distant as the sky..
can anyone reach it?
can i?
i want to reach it..

whispered; to be heard..
i want to hear..
even it's as soft as spirit can sing..
even it's as loud as human can stand..

as deep as the underworld..
as dark as the midnight..
don't turn back on me,,
don't get silence on me..

the beautiful angel..
white and holy...
bright and light..
i want to see..
i want to hear..
a way to go deep down there..
posted by mini.me @ 14:57   0 comments

2008/04/11
a mask on a face..
whether it's right or wrong..
whether it's true or false..
seems like a mask just wear on..
open it and show it to the world..
even it's good.. or worst..

a lie,, i can't face..
not now.. not later..
you know it..
posted by mini.me @ 23:27   0 comments

© 2006 mute me! | Blogger Templates by Gecko & Fly.
No part of the content or the blog may be reproduced without permission.
Learn how to Make Money Online at GeckoandFly
First Aid and Health Information at Medical Health

 
 

Web This Blog
it's me..


Name: mini.me
Home: yogyakarta
About Me: two girls share the same dream. have different style but still happen to create something fabulous.
See my complete profile

before...
past...
another link..
the gangs..
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
affiliates

make money online blogger templates

Powered by Blogger